Kamis, 07 Desember 2017

Mengenal Langgam Retro



Mode adakalanya, atau bahkan seringkali, mengambil inspirasi dari masa lalu. Oleh karena itu, mode menjadi terulang. Pengulangan ini apabila dipergunakan secara piawai, tetap akan relevan dengan masa kini, malah akan menambah nilai keistimewaan dari sebuah karya desain atau seni.
Kita bisa sadari betapa penggemar masa silam ini kian terbilang di sekitar kita. Kita pasti punya kawan atau saudara yang menggunakan motor vespa atau motor honda kuno yang dirawat dengan sepenuh hati, menggunakan potongan cutbrai; atau juga mojang-mojang Bandung yang memperdayakan gaya busana khas 70-an dengan penuh percaya diri dan keceriaan.
Dalam dunia desain, kita mengenal istilah retro. Istilah retro merujuk pada desain-desain yang mengambil ilham dari produksi-produksi rancangan pada masa silam, dengan sedikit atau banyak penyesuaian dengan budaya dan perkembangan teknik masa kini. Retro di antaranya di bagi menjadi beberapa langgam kondang. Dalam karangan ini, langgam retro yang akan dibahas adalah Angkatan Estetika (Aesthetic Movement), Seni Nuvo (Art Nouveau) dan Seni Deko (Art Deco).

Angkatan Estetika (1860-1890) atau estetikisme ditandai dengan desain yang memiliki potongan-potongan bersudut, geometris, tipis dan rumit—saling bersinggungan seperti jemaring laba-laba. Objek-objek yang dimunculkan terilhami dari alam, selayaknya tumbuh-tumbuhan dan kadang kala juga burung. Langgam ini agaknya terpengaruh rancangan ketimuran khas Jepang. Karena ketemadunannya, langgam ini dapat ditata menjadi pola-pola yang begitu padat, yang dapat digunakan untuk membuat dekorasi pojokan yang elok; atau juga dapat diambil sejumput untuk pemanis pada sebuah desain yang bersih.



Contoh desain huruf dengan langgam ini sedikit sulit ditemukan karena inspirasi utamanya adalah alam sehingga menjadi mirip-mirip dengan langgam Seni Nuvo. Akan tetapi, petunjuk akan potongan-potongan yang bersudut dan bentuk huruf yang cenderung geometris akan membantu kita membedakannya. Huruf-huruf dengan potongan kaku, dipadukan dengan lengkungan atau olakan yang memberikan pengalaman baru terhadap perpaduan bentuk.



Langgam ini dapat dipergunakan untuk keperluan yang mancaragam. Kesan-kesan jadul atau pun modern dapat diperoleh dari penggunaan desain ini secara tepat. Rancangan menu sebuah restoran retro atau desain kemasan sabun ciptaan artisan tentu menjadi sangat relevan apabila menggunakan langgam ini.

Seni Nuvo (1890-1910) adalah gerakan seni garda-depan di sekitaran abad ke-20. Gerakan ini menampilkan kesenian yang dipenuhi unsur-unsur alam, sering kali ditata secara asimetris pada bingkai tinggi dan tipis. Rancangan-rancangan Seni Nuvo menampilkan daun, bunga dan sulur yang mengalir dan menjalar dengan campuran hiasan eksotik budaya ketimuran. Seni Nuvo mengesankan kemewahan, misteri dan dekadensi. Langgam ini dapat digunakan untuk mengesankan suatu desain berasal dari Perancis atau Belgia, atau kemewahan permulaan abad ke-20. 


Model huruf pada zaman ini ditandai dengan bentuk-bentuk yang alamiah. Huruf-hurufnya bercokol berkelindan seperti tumbuhan, meniru bentuk daun, bunga dan sulur. Huruf-huruf tidak patuh pada pakem tradisional yang memiliki ikatan kuat dengan kejurutulisan dan kaligrafi. Oleh karenanya, huruf-huruf dalam Seni Nuvo ini lebih cocok digunakan untuk keperluan huruf pampangan atau pameran; bukan teks atau paparan.

Seni Deko (1920-1930) termasyhur pada awal abad ke-20. Langgam ini dinamai pertama kali di Perancis pada tahun 1920-an, tetapi asalnya satu dasawarsa sebelumnya atau lebih jauh lagi. Langgam ini mengawinkan pengaruh geometris dari Angkatan Estetika dengan bidang-bidang bentuk dari Zaman Mesin (Machine Age); ditandai dengan penghiasan yang padat dan bentuk-bentuk yang bahadur. Pola-pola dapat dibentuk dari barisan puspani hingga bidang-bidang kubistik.



Model huruf pada zaman Seni Deko ini terpengaruh dari gerakan futurisme Italia dan konstruktivisme di Rusia. Model huruf yang sering ditampilkan adalah huruf nirkait atau sans-serif. Bangun huruf-hurufnya sederhana sehingga mudah dikenali dan dibaca. Namun, berbeda dengan proporsi umum dan terukur dari huruf nirkait, seperti Akzidenz-Grotesk atau Helvetica yang modernis, huruf-huruf nirkait pada era Seni Deko ini memiliki proporsi yang istimewa, yang umumnya digunakan memang untuk kepentingan huruf pampangan. Yang dimaksud dengan proporsi istimewa di sini adalah perbandingan bangun hurufnya tidak mirip dengan model huruf pada umumnya. Huruf besar bisa terlampau besar jika dibandingan dengan huruf kecilnya. Lebar dua lembungan huruf B bisa berbeda drastis antara atas dan bawahnya. Bentuk hurufnya dapat sangat geometris.

Langgam ini dapat disarankan untuk tujuan desain yang khusus, yakni berhubungan dengan era tersebut, seperti penggarapan desain poster film The Great Gatsby, yang memang berasal dari buku yang ditulis dan dilatari pada era tersebut. Meskipun pola dan hiasan Seni Deko ini sebenarnya memungkinkan untuk dipergunakan untuk keperluan lain yang bisa dikombinasikan dengan unsur desain yang lain.

Itulah tiga langgam retro yang dijelaskan dalam artikel ini, yang menurut hemat penulis, memiliki keistimewaan rupa tipografik yang lebih kentara dibandingan dengan era dan gerakan kesenian yang lain, entah itu neobarok atau pun neoklasik.

0 komentar:

Posting Komentar