Selasa, 14 Juni 2022

25 Pepatah Jawa dengan Arti dan Aksara Jawa III

Peribahasa atau pepatah biasanya berupa kalimat pendek yang mengandung maksud tertentu dan telah lama digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat. Dalam kebudayaan Jawa, pepatah biasanya mengandung nasihat atau pelajaran yang berharga, serta menggambarkan pengalaman hidup dan kebijaksanaan yang telah diwariskan dari waktu ke waktu. Peribahasa atau pepatah adalah bagian penting dari budaya Jawa yang digunakan untuk menyampaikan pesan secara ringkas namun kuat. Berikut 25 contoh pepatah atau peribahasa Jawa disertai dengan arti dan aksara Jawa-nya.


꧋ꦲꦗ​ꦫꦸꦩꦁꦱ​ꦧꦶꦱ꧈​ꦤꦔꦶꦁ​ꦧꦶꦱ​ꦲ​ꦫꦸꦩꦁꦱ꧉

Aja rumangsa bisa, nanging bisaa rumangsa.
Jangan merasa bisa, tapi bisalah merasakan.
— Ajakan untuk selalu mawawas diri dan jangan merasa sombong.


꧋ꦲꦗꦂꦧꦶꦱꦔꦭꦃ​ꦲꦏꦺ​ꦝꦱꦂ꧉

Ajar bisa ngalahaké dhasar.
Belajar bisa mengalahkan bakat.
— Berlatih dan belajar dengan giat bisa mengungguli orang yang mengandalkan bakat.


꧋ꦕꦸꦫꦶꦒꦩꦤ꧀ꦗꦶꦁ​ꦮꦫꦁꦏ꧈ꦮꦫꦁꦏꦩꦤ꧀ꦗꦶꦁꦕꦸꦫꦶꦒ꧉

Curiga manjing warangka, warangka manjing curiga.
Keris menempati sarung, sarung menempati keris.
— Setiap orang memiliki perannya masing-masing. Dalam hal ini khususnya mengibaratkan antara pemerintah dan rakyatnya.


꧋ꦢꦶꦗꦸꦥꦸꦏ꧀ꦲꦶꦮꦏꦺ​ꦲꦗ​ꦔꦤ꧀ꦠꦶ​ꦧꦸꦛꦼꦒ꧀ꦧꦚꦸꦤꦺ꧉

Dijupuk iwaké aja nganti butheg banyuné.
Ambil ikannya jangan sampai keruh airnya.
— Ajaran untuk menyelesaikan masalah atau mencapai sesuatu tanpa menimbulkan masalah baru yang tidak diinginkan.


꧋ꦢꦸꦫꦸꦁ​ꦲꦕꦸꦤ꧀ꦝꦸꦏ꧀ꦲꦕꦤ꧀ꦝꦏ꧀꧉

Durung cundhuk acandhak.
Belum bertemu (sudah) memegang.
— Belum mengerti atau memahami suatu persoalan, tetapi sudah ikut campur atau turut berbicara.


꧋ꦲꦼꦩ꧀ꦧꦤ꧀ꦕꦶꦤ꧀ꦝꦺ​ꦲꦺꦩ꧀ꦧꦤ꧀ꦱꦶꦭꦢꦤ꧀꧉

Emban cindhé emban siladan.
Diemban (dengan) cindai, diemban (dengan) irisan bambu.
— Seseorang yang membeda-bedakan; bersikap baik ke orang yang dia senangi dan bersikap buruk kepada orang yang dia tidak suka.


꧋ꦒꦸꦩꦺꦩ꧀ꦧꦿꦁ​ꦲꦺꦴꦫ​ꦲꦢꦁ꧉

Gumembrang ora adang.
Berisik (tetapi) tidak menanak nasi.
— Seseorang yang banyak berbicara dan mendaku dirinya mampu melakukan ini-itu tetapi sebenarnya tidak bisa melakukannya atau tidak ada hasilnya.


꧋ꦗꦩꦤ꧀ꦲꦶꦏꦸꦲꦺꦴꦮꦃ​ꦒꦶꦁꦱꦶꦂ꧉

Jaman iku owah gingsir.
Jaman itu selalu berubah.
— Keadaan masa lalu tidak selalu bisa diterapkan atau diperbandingkan dengan masa kini karena setiap zaman memiliki nilai dan kebiasaannya masing-masing.


꧋ꦏꦗꦸꦒꦿꦸꦒꦔꦸꦤꦸꦁ​ꦏꦼꦩ꧀ꦧꦁ꧉

Kajugrugan gunung kembang.
Terkena jatuhan gunung bunga.
— Seseorang yang mendapatkan keuntungan atau berkah yang luar biasa.


꧋ꦏꦺꦩ꧀ꦭꦝꦺꦪꦤ꧀ꦔꦗꦏ꧀ꦱꦼꦩ꧀ꦥꦭ꧀꧉

Kemladhéan ngajak sempal.
Benalu mengakibatkan patah.
— Seseorang yang hidup menumpang atau selalu mengandalkan orang lain untuk mengerjakan kewajibannya akan mendatangkan kesusahan untuk orang yang ditumpangi.


꧋ꦏꦿꦶꦮꦶꦏ꧀ꦏꦤ꧀ꦢꦢꦶꦒꦿꦺꦴꦗꦺꦴꦒꦤ꧀꧉

Kriwikan dadi grojogan.
Aliran kecil menjadi air terjun.
— Permasalahan yang mulanya kecil menjadi permasalahan yang besar.


꧋ꦏꦼꦧꦺꦴ​ꦤꦸꦱꦸ​ꦒꦸꦢꦺꦭ꧀꧉

Kebo nusu gudèl.
Kerbau menyusu ke anaknya.
— Orang tua yang meminta bantuan atau dinafkahi oleh anaknya.


꧋ꦏꦺꦴꦝꦺꦴꦏ꧀ꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁ​​ꦧꦛꦺꦴꦏ꧀꧉

Kodhok sajroning bathok.
Katak di dalam tempurung kelapa.
— Seseorang yang sangat berpikiran sempit dan tidak mau menerima pemikiran atau wawasan yang lebih luas.


꧋ꦊꦒꦺꦴꦤ꧀ꦭꦼꦩꦂ​ꦭꦸꦥꦸꦠ꧀ꦏꦠꦶꦮꦂ꧉​

Legon lemar luput katiwar.
Tunas kelor (untuk) perlengkapan upacara tidak terlantar.
— Seseorang yang mempunyai keterampilan atau nilai manfaat tidak mungkin terlantar hidupnya, pasti akan dicari orang dan mendapatkan pekerjaan.


꧋ꦩꦚ꧀ꦕꦭꦥꦸꦠꦿꦩꦚ꧀ꦕꦭ꧉

Mancala putra, mancala putri.
Berubah penampilan menjadi laki-laki, berubah penampilan menjadi perempuan.
— Mampu menyesuaikan diri dengan siapa pun atau di lingkungan mana pun. Hal ini juga disebut dalam pewayangan sebagai salah satu ilmu sakti.


꧋ꦲꦔꦧꦼꦤ꧀ꦱꦶꦔꦠꦶꦁ​ꦲꦤ꧀ꦢꦏ꧉

Ngaben singating andaka.
Mengadu tanduknya banteng.
— Menghasut orang yang berpengaruh untuk berkelahi dengan sesama orang yang berpengaruh.


꧋ꦲꦁ​ꦒꦺꦴꦭꦺꦏ꧀ꦲꦶ​ꦠꦥꦏ꧀ꦲꦶꦁ​ꦏꦸꦤ꧀ꦠꦸꦭ꧀ꦔ꧀ꦭꦪꦁ꧉

Nggolèki tapaking kuntul nglayang.
Mencari jejak burung kuntul terbang.
— Melakukan hal yang tidak mungkin. Arti lainnya, mencari atau berusaha memahami sesuatu yang ada tetapi tidak terlihat (seperti Tuhan).


꧋ꦗꦗꦃ​ꦢꦺꦱ​ꦩꦶꦭꦁ​​ꦏꦺꦴꦫꦶ꧉​

Njajah désa milang kori.
Menjelajah desa/tempat menghitung pintu.
— Berkelana ke berbagai tempat untuk mengamati atau mempelajari berbagai hal sampai hal yang terkecil sekalipun.


꧋ꦲꦤꦸꦠꦸꦠ꧀ꦠꦶ​ꦭꦪꦁ​ꦔꦤ꧀ꦥꦼꦝꦺꦴꦠ꧀꧉

Nututi layangan pedhot.
Mengejar layangan putus.
— Mengejar sesuatu yang tidak sepadan dengan susah payahnya.


꧋ꦲꦺꦴꦭꦺꦃ​ꦲꦺꦠꦸꦁ​ꦔꦺ​ꦭꦸꦥꦸꦠ꧀ꦱꦸꦤ꧀ꦢꦸꦏꦺ꧉

Oleh étungé luput sunduké.
Mendapat hitungannya, meleset tusukannya.
— Sudah menyusun rencana dengan teliti, tetapi dalam pengerjaannya meleset.


꧋ꦉꦗꦼꦏꦶ​ꦲꦶꦏꦸ​ꦲꦺꦴꦫꦧꦶꦱꦢꦶꦠꦶꦫꦸ꧉

Rejeki iku ora bisa ditiru.
Rezeki itu tidak bisa ditiru.
— Orang akan mendapatkan rezeki yang berbeda-beda. Walaupun usaha orang dapat ditiru tetapi rezekinya tidak bisa ditiru.


꧋ꦫꦸꦧꦸꦃ​ꦫꦸꦧꦸꦃ​ꦒꦼꦝꦁ꧉

Rubuh-rubuh gedhang.
Roboh-roboh pisang.
— Seseorang yang beribadah hanya ikut-ikutan saja tanpa memahami maknanya.


꧋ꦱꦶꦁ​​ꦔꦶꦢꦸꦭ꧀ꦔꦶꦢꦸꦭ꧀ꦭ꧈​​ꦱꦶꦁ​​ꦔꦺꦠꦤ꧀ꦔꦺꦠꦤ꧀ꦤ꧉​

Sing ngidul ngidula, sing ngétan ngétana.
Yang mau pergi ke selatan ke selatanlah, yang mau pergi ke timur ke timurlah.
— Setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih dan menjalani pilihannya.


꧋ꦱꦸꦒꦶꦃ​ꦮꦸꦮꦸꦱ꧀ꦤꦔꦶꦁ​ꦢꦺꦤ꧀ꦱꦩ꧀ꦥꦂꦥꦏꦺꦴꦭꦶꦃ꧉

Sugih wuwus nanging dèn sampar pakolih.
Kaya di perkataan tapi yang menyapu yang memperoleh.
— Seseorang yang banyak bicara tetapi tidak bekerja sehingga tidak mendapatkan hasil.


꧋ꦲꦸꦤ꧀ꦝꦏ꧀ꦲꦶꦁ​ꦥꦮꦂꦠ꧈​ꦱꦸꦢꦤꦶꦁ​ꦏꦶꦫꦶꦩꦤ꧀꧉

Undhaking pawarta, sudaning kiriman.
Bertambahnya kabar, berkurangnya kiriman.
— Berita biasanya ditambah-tambahi informasinya, sedangkan hadiah biasanya berkurang (misalnya karena dikorupsi).