Rabu, 17 Agustus 2022

25 Pepatah Jawa dengan Arti dan Aksara Jawa IV

Pepatah atau peribahasa Jawa mencerminkan kearifan lokal budaya Jawa yang kaya. Pepatah-pepatah ini mencakup nilai-nilai kesusilaan, kebijaksanaan, dan nasihat yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pepatah Jawa sering kali mengajak pendengar atau pembaca untuk merenungkan tindakan, sikap, atau keputusan mereka. Mari kenali 25 pepatah atau peribahasa Jawa berikut ini.


꧋ꦲꦭ​ꦧꦼꦭꦺꦴ​ꦧꦼꦕꦶꦏ꧀ꦗꦫꦤ꧀꧉​

Ala belo becik jaran.
Jelek anak kuda bagus kuda dewasanya.
— Seseorang yang masih anak-anak terlihat jelek ketika dewasa mungkin saja akan terlihat rupawan. Banyak orang yang mulai terlihat cantik/tampan ketika sudah melewati masa puber.


꧋ꦲꦭꦶꦁ​​ꦲꦭꦶꦁ​​ꦒꦺꦴꦝꦺꦴꦁ​​ꦮꦫꦶꦔꦶꦤ꧀꧉​

Aling-aling godhong waringin.
Bersembunyi di balik daun beringin.
— Seseorang yang berdalih atau menutupi sesuatu tetapi menggunakan alasan-alasan yang tidak meyakinkan atau tidak masuk akal.


꧋ꦲꦤ​ꦱꦺꦛꦶꦛꦶꦏ꧀ꦢꦶꦢꦸꦩ꧀ꦱꦼꦛꦶꦛꦶꦏ꧀​ꦲꦤ​ꦲꦏꦺꦃ​ꦢꦶꦢꦸꦩ꧀ꦲꦏꦺꦃ꧉​

Ana sethithik didum sethithik, ana akèh didum akèh.
Ada sedikit dibagikan sedikit, ada banyak dibagikan banyak.
— Penggambaran kepemimpinan yang adil dan jujur dengan membagikan hasil sesuai dengan banyaknya hal yang didapatkan (tidak melakukan korupsi atau semacamnya).


꧋ꦕꦼꦧ꧀ꦭꦺꦴꦏ꧀ꦲꦭꦸ꧉​

Ceblok alu.
Jatuh alu.
— Bekerja sama untuk suatu tujuan dengan cara berganti-gantian dalam bekerja.


꧋ꦢꦒꦁ​​ꦠꦸꦤ​ꦲꦤ꧀ꦢꦸꦩ꧀ꦧꦛꦶ꧉​

Dagang tuna andum bathi.
Berdagang rugi, membagikan laba.
— Seseorang yang tidak mementingkan keuntungan, melainkan mementingkan beramal dan berderma kepada orang banyak.


꧋ꦢꦺꦴꦚ​ꦲꦺꦴꦫ​ꦩꦸꦁ​​ꦱꦒꦺꦴꦝꦺꦴꦁ​​ꦏꦺꦭꦺꦴꦂ꧉​

Donya ora mung sagodhong kélor.
Dunia tidak hanya seluas daun kelor.
— Dunia itu tidaklah sempit. Jangan berputus asa karena dunia memiliki banyak pilihan, banyak kesempatan, dan banyak harapan.


꧋ꦢꦸꦒꦁ​​ꦢꦼꦩꦁ​꧈​​ꦲꦺꦱꦼꦩ꧀ꦩꦤ꧀ꦠꦿꦶ꧈​​ꦱꦼꦩꦸ​ꦧꦸꦥꦠꦶ꧉​

Dugang demang, èsem mantri, semu bupati.
Tendangan demang, senyuman mantri, raut wajah bupati.
— Semakin tinggi pangkat atau kedudukan seseorang, maka cara berkomunikasinya semakin terhormat dan semakin halus.


꧋ꦒꦒꦃꦏꦗꦶꦧꦃ​ꦩꦶꦁ​ꦏꦸꦃ​ꦏꦠꦼꦩ꧀ꦥꦸꦃ꧉​

꧋ꦱꦒꦃꦏꦗꦶꦧꦃ​ꦩꦶꦁ​ꦏꦸꦃ​ꦏꦠꦼꦩ꧀ꦥꦸꦃ꧉​

Gagah/sagah kajibah mingkuh katempuh.
Karena kuat/menyanggupi terkena kewajiban, karena menghindar terkena tanggung jawab.
— Seseorang yang awalnya sudah menyanggupi mampu mengerjakan suatu pekerjaan harus menyelesaikan pekerjaan tersebut sampai tuntas.


꧋ꦒꦗꦃ​ꦥꦼꦫꦁ​​ꦏꦫꦺꦴ​ꦒꦗꦃ꧈​​ꦏꦚ꧀ꦕꦶꦭ꧀ꦩꦠꦶ​ꦲꦶꦁ​​ꦠꦼꦔꦃ꧉​

Gajah perang karo gajah, kancil mati ing tengah.
Gajah berperang dengan gajah, kancil mati di tengah.
— Ketika orang besar berseteru dengan orang besar lainnya untuk memperebutkan kekuasaan, pengaruh, atau wilayah, maka yang akan tertimpa musibah adalah rakyat kecil yang sebenarnya tidak punya urusan dengan perseteruan tersebut.


꧋ꦒꦶꦫꦶ​ꦭꦸꦱꦶ​ꦗꦤ꧀ꦩ​ꦠꦤ꧀ꦏꦼꦤ​ꦲꦶꦔꦶꦤ꧀ꦤ꧉​

Giri lusi janma tan kena ingina.
Gunung, cacing, dan manusia tidak boleh dihina.
— Jangan menghina siapapun, baik yang terlihat seperti orang besar maupun yang terlihat seperti orang kecil.


꧋ꦒꦸꦪꦺꦴꦤ꧀ꦥꦫꦶꦏꦼꦤ꧉​

Guyon parikena.
Candaan tetapi mengena.
— Candaan yang sebenarnya mengisyaratkan sindiran atau petuah yang bermanfaat.


꧋ꦏꦭꦃ​ꦕꦕꦏ꧀ꦩꦼꦤꦁ​​ꦕꦕꦏ꧀꧉​

Kalah cacak menang cacak.
Kalah dicoba menang dicoba.
— Setiap pekerjaan sebaiknya dicoba sebaik mungkin terlebih dahulu, tidak perlu terlalu khawatir hasil akhirnya akan menang atau kalah, untung atau rugi.


꧋ꦏꦪ​ꦱꦸꦫꦸꦃ꧈​​ꦭꦸꦩꦃ​ꦏꦸꦫꦼꦧ꧀ꦧꦺ​ꦧꦺꦢ꧈​​ꦪꦺꦤ꧀ꦒꦶꦤꦼꦒꦼꦠ꧀ꦥꦝ​ꦫꦱꦤꦺ꧉​

Kaya suruh, lumah kurebé béda, yèn gineget padha rasané.
Seperti sirih, meski sisi bawah dan atasnya berbeda (warna), jika digigit rasanya sama saja.
— Walaupun satu dan lain hal tampak berbeda, namun pada hakikatnya adalah sama. Hal ini dapat diumpamakan juga dengan suami dan istri yang memiliki pola pikir berbeda, tetapi apapun yang terjadi di rumah tangga akan sama-sama dirasakan oleh kedua belah pihak.


꧋ꦭꦸꦮꦶꦃ​ꦧꦼꦕꦶꦏ꧀ꦥꦒꦼꦂ​ꦩꦁ​ꦏꦺꦴꦏ꧀ꦠꦶꦤꦶꦩ꧀ꦧꦁ​​ꦥꦒꦼꦂ​ꦠꦺꦩ꧀ꦧꦺꦴꦏ꧀꧉​

Luwih becik pager mangkok tinimbang pager témbok.
Lebih baik pagar mangkuk daripada pagar tembok.
— Keamanan masyarakat akan terwujud dengan baik jika satu sama lain saling membantu dan bertetangga dengan rukun, bukan dengan meninggikan dan memperkokoh pagar rumah.


꧋ꦭꦸꦁ​​ꦭꦸꦔꦤ꧀ꦥꦸꦁ​ꦒꦼꦭ꧀ꦏꦶꦢꦁ​​ꦥꦲꦸꦭ꧀꧉​

Lung-lungan punggel kidang paul.
Tanaman merampat sudah putus kijangnya kembali.
— Sesuatu yang sudah berkurang biasanya akan berkurang lagi.


꧋ꦩꦠꦶ​ꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁ​​ꦲꦸꦫꦶꦥ꧀​​ꦲꦸꦫꦶꦥ꧀ꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁ​​ꦥꦠꦶ꧉​

Mati sajroning urip, urip sajroning pati.
Mati di dalam hidup, hidup di dalam mati.
— Ajaran untuk mengesampingkan keduniawian dan mengutamakan kepentingan yang bersifat rohani atau jiwa.


꧋ꦩꦺꦴꦩꦺꦴꦁ​꧈​​ꦩꦺꦴꦩꦺꦴꦂ꧈​​ꦩꦺꦴꦩꦺꦴꦠ꧀꧉​

Momong, momor, momot.
Mengasuh, bergaul, menampung.
— Tiga mutu kepemimpinan, yakni mampu mengasuh dan membimbing, mampu bergaul dengan masyarakat, dan mampu menampung segala masukan, keluh kesah, dan permasalahan yang dihadapi masyarakat.


꧋ꦔꦁ​ꦱꦸ​ꦧꦚꦸ​ꦲꦶꦁ​​ꦏꦿꦚ꧀ꦗꦁ​꧉​

Ngangsu banyu ing kranjang.
Mengambil air menggunakan keranjang.
— Seseorang yang belajar tetapi ilmunya tidak dipraktikkan.


꧋ꦤꦿꦶꦩꦲꦶꦁꦥꦤ꧀ꦢꦸꦩ꧀꧉​

Nrima ing pandum.
Menerima yang dibagikan.
— Menerima dengan lapang dada segala hal yang baik atau buruk, dalam ukuran yang banyak maupun sedikit, karena semua telah digariskan oleh Tuhan YME.


꧋ꦥꦸꦚ꧀ꦗꦸꦭ꧀ꦲꦶꦁ​​ꦲꦥꦥꦏ꧀​ꦩꦿꦺꦴꦗꦺꦴꦭ꧀ꦲꦶꦁ​​ꦲꦏꦼꦉꦥ꧀꧉​

Punjul ing apapak, mrojol ing akerep.
Menonjol di antara yang umum, keluar di antara yang sering.
— Seseorang yang luar biasa di antara kawanannya yang biasa saja.


꧋ꦠꦸꦤ​ꦱꦠꦏ꧀ꦧꦛꦶ​ꦱꦤꦏ꧀꧉​

Tuna satak bathi sanak.
Kehilangan uang mendapatkan saudara.
— Walaupun keuntungan berkurang, tetapi mendapatkan saudara, kenalan, atau relasi. Misalnya mengeluarkan uang untuk menjamu seseorang kemudian orang tersebut menjadi relasi bisnis.


꧋ꦏꦼꦩꦿꦶꦱꦶꦏ꧀ꦠꦤ꧀ꦥꦏꦔꦶꦤ꧀ꦤꦤ꧀꧉

Kemrisik tanpa kanginan.
Gemerisik padahal tidak terkena angin.
— Seseorang yang selalu menonjolkan kebaikan diri, karena khawatir orang akan membicarakan keburukannya.


꧋ꦱꦼꦥꦶ​ꦲꦶꦁ​​ꦥꦩꦿꦶꦃ​ꦫꦩꦺ​ꦲꦶꦁ​​ꦒꦮꦺ꧉​

Sepi ing pamrih ramé ing gawé.
Sepi di pamrih ramai di kerja.
— Bekerja memberikan yang terbaik tanpa memikirkan imbalannya.


꧋ꦠꦺꦒ​ꦭꦫꦤꦺ꧈​​ꦲꦺꦴꦫ​ꦠꦺꦒ​ꦥꦠꦶꦤꦺ꧉​

Téga larané, ora téga patiné.
Tega sakitnya, tetapi tidak tega matinya.
— Dalam sebuah perseteruan, seseorang mungkin menginginkan lawannya merasakan keburukan atau kekalahan, tetapi sebenarnya tidak ingin lawannya tumpas atau benar-benar menderita karena masih memiliki rasa belas kasih dan persaudaraan.


꧋ꦮꦶꦠ꧀ꦠꦺ​ꦲꦝꦏꦃ​ꦮꦺꦴꦃꦲꦺ​ꦲꦝꦶꦏꦶꦃ꧈​​ꦮꦶꦠ꧀ꦠꦺ​ꦲꦝꦶꦏꦶꦃ​ꦮꦺꦴꦃꦲꦺ​ꦲꦝꦏꦃ꧉​

Wité adhakah wohé adhikih, wité adhikih wohé adhakah.
Pohonnya besar buahnya kecil, pohonnya kecil buahnya besar.
— Seseorang tidak dapat dinilai dari apa yang terlihat saja. Mungkin saja seseorang yang terlihat dari luar memiliki sesuatu yang sedikit sebenarnya memiliki sesuatu yang banyak.

Selasa, 14 Juni 2022

25 Pepatah Jawa dengan Arti dan Aksara Jawa III

Peribahasa atau pepatah biasanya berupa kalimat pendek yang mengandung maksud tertentu dan telah lama digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat. Dalam kebudayaan Jawa, pepatah biasanya mengandung nasihat atau pelajaran yang berharga, serta menggambarkan pengalaman hidup dan kebijaksanaan yang telah diwariskan dari waktu ke waktu. Peribahasa atau pepatah adalah bagian penting dari budaya Jawa yang digunakan untuk menyampaikan pesan secara ringkas namun kuat. Berikut 25 contoh pepatah atau peribahasa Jawa disertai dengan arti dan aksara Jawa-nya.


꧋ꦲꦗ​ꦫꦸꦩꦁꦱ​ꦧꦶꦱ꧈​ꦤꦔꦶꦁ​ꦧꦶꦱ​ꦲ​ꦫꦸꦩꦁꦱ꧉

Aja rumangsa bisa, nanging bisaa rumangsa.
Jangan merasa bisa, tapi bisalah merasakan.
— Ajakan untuk selalu mawawas diri dan jangan merasa sombong.


꧋ꦲꦗꦂꦧꦶꦱꦔꦭꦃ​ꦲꦏꦺ​ꦝꦱꦂ꧉

Ajar bisa ngalahaké dhasar.
Belajar bisa mengalahkan bakat.
— Berlatih dan belajar dengan giat bisa mengungguli orang yang mengandalkan bakat.


꧋ꦕꦸꦫꦶꦒꦩꦤ꧀ꦗꦶꦁ​ꦮꦫꦁꦏ꧈ꦮꦫꦁꦏꦩꦤ꧀ꦗꦶꦁꦕꦸꦫꦶꦒ꧉

Curiga manjing warangka, warangka manjing curiga.
Keris menempati sarung, sarung menempati keris.
— Setiap orang memiliki perannya masing-masing. Dalam hal ini khususnya mengibaratkan antara pemerintah dan rakyatnya.


꧋ꦢꦶꦗꦸꦥꦸꦏ꧀ꦲꦶꦮꦏꦺ​ꦲꦗ​ꦔꦤ꧀ꦠꦶ​ꦧꦸꦛꦼꦒ꧀ꦧꦚꦸꦤꦺ꧉

Dijupuk iwaké aja nganti butheg banyuné.
Ambil ikannya jangan sampai keruh airnya.
— Ajaran untuk menyelesaikan masalah atau mencapai sesuatu tanpa menimbulkan masalah baru yang tidak diinginkan.


꧋ꦢꦸꦫꦸꦁ​ꦲꦕꦸꦤ꧀ꦝꦸꦏ꧀ꦲꦕꦤ꧀ꦝꦏ꧀꧉

Durung cundhuk acandhak.
Belum bertemu (sudah) memegang.
— Belum mengerti atau memahami suatu persoalan, tetapi sudah ikut campur atau turut berbicara.


꧋ꦲꦼꦩ꧀ꦧꦤ꧀ꦕꦶꦤ꧀ꦝꦺ​ꦲꦺꦩ꧀ꦧꦤ꧀ꦱꦶꦭꦢꦤ꧀꧉

Emban cindhé emban siladan.
Diemban (dengan) cindai, diemban (dengan) irisan bambu.
— Seseorang yang membeda-bedakan; bersikap baik ke orang yang dia senangi dan bersikap buruk kepada orang yang dia tidak suka.


꧋ꦒꦸꦩꦺꦩ꧀ꦧꦿꦁ​ꦲꦺꦴꦫ​ꦲꦢꦁ꧉

Gumembrang ora adang.
Berisik (tetapi) tidak menanak nasi.
— Seseorang yang banyak berbicara dan mendaku dirinya mampu melakukan ini-itu tetapi sebenarnya tidak bisa melakukannya atau tidak ada hasilnya.


꧋ꦗꦩꦤ꧀ꦲꦶꦏꦸꦲꦺꦴꦮꦃ​ꦒꦶꦁꦱꦶꦂ꧉

Jaman iku owah gingsir.
Jaman itu selalu berubah.
— Keadaan masa lalu tidak selalu bisa diterapkan atau diperbandingkan dengan masa kini karena setiap zaman memiliki nilai dan kebiasaannya masing-masing.


꧋ꦏꦗꦸꦒꦿꦸꦒꦔꦸꦤꦸꦁ​ꦏꦼꦩ꧀ꦧꦁ꧉

Kajugrugan gunung kembang.
Terkena jatuhan gunung bunga.
— Seseorang yang mendapatkan keuntungan atau berkah yang luar biasa.


꧋ꦏꦺꦩ꧀ꦭꦝꦺꦪꦤ꧀ꦔꦗꦏ꧀ꦱꦼꦩ꧀ꦥꦭ꧀꧉

Kemladhéan ngajak sempal.
Benalu mengakibatkan patah.
— Seseorang yang hidup menumpang atau selalu mengandalkan orang lain untuk mengerjakan kewajibannya akan mendatangkan kesusahan untuk orang yang ditumpangi.


꧋ꦏꦿꦶꦮꦶꦏ꧀ꦏꦤ꧀ꦢꦢꦶꦒꦿꦺꦴꦗꦺꦴꦒꦤ꧀꧉

Kriwikan dadi grojogan.
Aliran kecil menjadi air terjun.
— Permasalahan yang mulanya kecil menjadi permasalahan yang besar.


꧋ꦏꦼꦧꦺꦴ​ꦤꦸꦱꦸ​ꦒꦸꦢꦺꦭ꧀꧉

Kebo nusu gudèl.
Kerbau menyusu ke anaknya.
— Orang tua yang meminta bantuan atau dinafkahi oleh anaknya.


꧋ꦏꦺꦴꦝꦺꦴꦏ꧀ꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁ​​ꦧꦛꦺꦴꦏ꧀꧉

Kodhok sajroning bathok.
Katak di dalam tempurung kelapa.
— Seseorang yang sangat berpikiran sempit dan tidak mau menerima pemikiran atau wawasan yang lebih luas.


꧋ꦊꦒꦺꦴꦤ꧀ꦭꦼꦩꦂ​ꦭꦸꦥꦸꦠ꧀ꦏꦠꦶꦮꦂ꧉​

Legon lemar luput katiwar.
Tunas kelor (untuk) perlengkapan upacara tidak terlantar.
— Seseorang yang mempunyai keterampilan atau nilai manfaat tidak mungkin terlantar hidupnya, pasti akan dicari orang dan mendapatkan pekerjaan.


꧋ꦩꦚ꧀ꦕꦭꦥꦸꦠꦿꦩꦚ꧀ꦕꦭ꧉

Mancala putra, mancala putri.
Berubah penampilan menjadi laki-laki, berubah penampilan menjadi perempuan.
— Mampu menyesuaikan diri dengan siapa pun atau di lingkungan mana pun. Hal ini juga disebut dalam pewayangan sebagai salah satu ilmu sakti.


꧋ꦲꦔꦧꦼꦤ꧀ꦱꦶꦔꦠꦶꦁ​ꦲꦤ꧀ꦢꦏ꧉

Ngaben singating andaka.
Mengadu tanduknya banteng.
— Menghasut orang yang berpengaruh untuk berkelahi dengan sesama orang yang berpengaruh.


꧋ꦲꦁ​ꦒꦺꦴꦭꦺꦏ꧀ꦲꦶ​ꦠꦥꦏ꧀ꦲꦶꦁ​ꦏꦸꦤ꧀ꦠꦸꦭ꧀ꦔ꧀ꦭꦪꦁ꧉

Nggolèki tapaking kuntul nglayang.
Mencari jejak burung kuntul terbang.
— Melakukan hal yang tidak mungkin. Arti lainnya, mencari atau berusaha memahami sesuatu yang ada tetapi tidak terlihat (seperti Tuhan).


꧋ꦗꦗꦃ​ꦢꦺꦱ​ꦩꦶꦭꦁ​​ꦏꦺꦴꦫꦶ꧉​

Njajah désa milang kori.
Menjelajah desa/tempat menghitung pintu.
— Berkelana ke berbagai tempat untuk mengamati atau mempelajari berbagai hal sampai hal yang terkecil sekalipun.


꧋ꦲꦤꦸꦠꦸꦠ꧀ꦠꦶ​ꦭꦪꦁ​ꦔꦤ꧀ꦥꦼꦝꦺꦴꦠ꧀꧉

Nututi layangan pedhot.
Mengejar layangan putus.
— Mengejar sesuatu yang tidak sepadan dengan susah payahnya.


꧋ꦲꦺꦴꦭꦺꦃ​ꦲꦺꦠꦸꦁ​ꦔꦺ​ꦭꦸꦥꦸꦠ꧀ꦱꦸꦤ꧀ꦢꦸꦏꦺ꧉

Oleh étungé luput sunduké.
Mendapat hitungannya, meleset tusukannya.
— Sudah menyusun rencana dengan teliti, tetapi dalam pengerjaannya meleset.


꧋ꦉꦗꦼꦏꦶ​ꦲꦶꦏꦸ​ꦲꦺꦴꦫꦧꦶꦱꦢꦶꦠꦶꦫꦸ꧉

Rejeki iku ora bisa ditiru.
Rezeki itu tidak bisa ditiru.
— Orang akan mendapatkan rezeki yang berbeda-beda. Walaupun usaha orang dapat ditiru tetapi rezekinya tidak bisa ditiru.


꧋ꦫꦸꦧꦸꦃ​ꦫꦸꦧꦸꦃ​ꦒꦼꦝꦁ꧉

Rubuh-rubuh gedhang.
Roboh-roboh pisang.
— Seseorang yang beribadah hanya ikut-ikutan saja tanpa memahami maknanya.


꧋ꦱꦶꦁ​​ꦔꦶꦢꦸꦭ꧀ꦔꦶꦢꦸꦭ꧀ꦭ꧈​​ꦱꦶꦁ​​ꦔꦺꦠꦤ꧀ꦔꦺꦠꦤ꧀ꦤ꧉​

Sing ngidul ngidula, sing ngétan ngétana.
Yang mau pergi ke selatan ke selatanlah, yang mau pergi ke timur ke timurlah.
— Setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih dan menjalani pilihannya.


꧋ꦱꦸꦒꦶꦃ​ꦮꦸꦮꦸꦱ꧀ꦤꦔꦶꦁ​ꦢꦺꦤ꧀ꦱꦩ꧀ꦥꦂꦥꦏꦺꦴꦭꦶꦃ꧉

Sugih wuwus nanging dèn sampar pakolih.
Kaya di perkataan tapi yang menyapu yang memperoleh.
— Seseorang yang banyak bicara tetapi tidak bekerja sehingga tidak mendapatkan hasil.


꧋ꦲꦸꦤ꧀ꦝꦏ꧀ꦲꦶꦁ​ꦥꦮꦂꦠ꧈​ꦱꦸꦢꦤꦶꦁ​ꦏꦶꦫꦶꦩꦤ꧀꧉

Undhaking pawarta, sudaning kiriman.
Bertambahnya kabar, berkurangnya kiriman.
— Berita biasanya ditambah-tambahi informasinya, sedangkan hadiah biasanya berkurang (misalnya karena dikorupsi).

Rabu, 04 Mei 2022

25 Pepatah Jawa dengan Arti dan Aksara Jawa II

Pepatah dan peribahasa Jawa telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Jawa. Melalui kata-kata bijak yang tersusun dalam bentuk kalimat pendek, pepatah atau peribahasa Jawa ialah kristalisasi nilai-nilai kehidupan dan filosofi yang diamalkan sejak lama dari generasi ke generasi. Mari jelajahi kekayaan pepatah dan peribahasa Jawa pada 25 contoh berikut.


꧋ꦲꦢꦶꦒꦁ​꧈​​ꦲꦢꦶꦒꦸꦁ​꧈​​ꦲꦢꦶꦒꦸꦤ꧉​

Adigang, adigung, adiguna.
Merasa paling kuat, merasa paling agung, merasa paling penting.
— Janganlah sombong merasa paling kuat, paling agung, dan paling penting.


꧋ꦲꦩ꧀ꦧꦼꦒ꧀ꦲꦢꦶꦭ꧀ꦥꦫꦩꦂꦠ꧉​

Ambeg adil paramarta.
Bernafas adil mulia.
— Memiliki kepribadian yang adil dan mulia.


꧋ꦲꦤꦏ꧀ꦥꦺꦴꦭꦃ​ꦧꦥꦏ꧀ꦏꦼꦥꦿꦝꦃ꧉​

Anak polah bapak kepradhah.
Anak bertingkah, ayah menanggung akibatnya.
— Tingkah laku anak akan ditanggung oleh orang tuanya.


꧋ꦧ꧀ꦭꦧ​ꦮꦸꦢ꧉​

Blaba wuda.
Dermawan telanjang.
— Seseorang yang dianggap terlalu dermawan atau murah hati sampai-sampai kebutuhannya sendiri tidak terpenuhi.


꧋ꦧ꧀ꦭꦁ​​ꦏꦼꦝꦶꦧ꧀ꦭꦁ​​ꦲꦺꦴꦫ​ꦏꦺꦴꦔꦁ​꧉​

Blang-kedhiblang ora kongang.
Selalu sibuk, tidak dapat.
— Orang yang sibuk mengerjakan ini dan itu, tetapi pada akhirnya tidak mendapatkan apa pun atau yang diinginkan.


꧋ꦧ꧀ꦭꦶꦭꦸ​ꦠꦲꦸ꧈​​ꦥꦶꦤ꧀ꦠꦼꦂ​ꦢꦸꦫꦸꦁ​​ꦔ꧀ꦭꦏꦺꦴꦤ꧀ꦤꦶ꧉​

Blilu tau, pinter durung nglakoni.
Bodoh pernah, pintar belum menjalani.
— Belum mempelajari secara teori atau formal, tetapi sudah pandai mengerjakan sesuatu karena praktik dan sering mencoba-coba. Arti lain, orang yang sudah praktik di lapangan akan lebih pintar daripada orang yang mempelajari sesuatu secara teori saja.


꧋ꦢꦃꦮꦺꦤ꧀ꦲꦠꦶ​ꦲꦺꦴꦥꦺꦤ꧀꧉​

Dahwèn ati opèn.
Suka mencerca, sebenarnya hatinya ingin memiliki.
— Mereka yang suka mengganggu atau mencerca seseorang sebenarnya menginginkan apa yang dimiliki orang tersebut.


꧋ꦝꦸꦮꦸꦂ​ꦮꦼꦏꦱ꧀ꦱꦤ꧀ꦤꦺ꧈ꦲꦼꦤ꧀ꦝꦺꦭ꧀ꦮꦶꦮꦶꦠ꧀ꦠꦤ꧀ꦤꦺ꧉

Dhuwur wekasané, endhèk wiwitané.
Tinggi akhirnya, pendek awalnya.
— Sesuatu yang dimulai dengan kecil dan sederhana memiliki akhir yang besar dan mulia. Hasil yang besar dimulai dari sesuatu yang kecil.


꧋ꦒꦺꦴꦭꦺꦏ꧀ꦧꦚꦸ​ꦲꦥꦶꦏꦸꦭ꧀ꦭꦤ꧀ꦮꦫꦶꦃ꧈​​ꦒꦺꦴꦭꦺꦏ꧀ꦒꦼꦤꦶ​ꦲꦢꦼꦢꦩꦂ꧉​

Golèk banyu apikulan warih, golèk geni adedamar.
Mencari air berbekalkan air, mencari api berbekalkan pelita.
— Ketika bercita-cita mendapatkan sesuatu, seseorang harus memastikan bahwa dirinya telah memiliki ilmu dan modal yang dibutuhkan untuk menggapainya. Arti lainnya, seseorang harus menguasai pengetahuan dasar sebelum melakukan suatu tugas.


꧋ꦒꦸꦥꦏ꧀ꦥꦸꦭꦸꦠ꧀ꦠꦺ​ꦲꦺꦴꦫ​ꦩꦺꦭꦸ​ꦩꦔꦤ꧀ꦤꦁ​ꦏꦤꦺ꧉​

Gupak puluté ora mèlu mangan nangkané.
Terkena getahnya, tidak ikut makan nangkanya.
— Bersusah payah karena suatu pekerjaan, tetapi tidak ikut merasakan hasilnya.


꧋ꦗꦼꦂ​ꦧꦱꦸꦏꦶ​ꦩꦮ​ꦧꦺꦪ꧉​

Jer basuki mawa béya.
Memanglah kesejahteraan membutuhkan biaya.
— Untuk memperoleh sesuatu, entah itu kebaikan, kemuliaan, keberhasilan, seseorang harus melakukan pengorbanan terlebih dahulu. Peribahasa ini dijadikan slogan provinsi Jawa Timur.


꧋ꦏꦼꦒꦼꦝꦺꦤ꧀ꦲꦼꦩ꧀ꦥꦾꦏ꧀꧈​​ꦏꦸꦫꦁ​​ꦕꦒꦏ꧀꧉​

Kegedhèn empyak, kurang cagak.
Terlalu besar rangka atap, kurang tiangnya.
— Kemauan lebih besar daripada kemampuan.


꧋ꦏ꧀ꦭꦸꦁ​ꦱꦸ​ꦏ꧀ꦭꦸꦁ​ꦱꦸ​ꦪꦺꦤ꧀ꦲꦸꦝꦸ꧉​

Klungsu-klungsu yèn udhu.
Biarpun sebesar biji asam tetap menyumbang.
— Seruan untuk tetap berkontribusi atau menyumbang walaupun kecil dan sedikit.


꧋ꦩꦼꦩꦪꦸ​ꦲꦪꦸꦤ꧀ꦤꦶꦁ​​ꦧꦮꦤ꧉​

Memayu hayuning bawana.
Memperindah keindahan dunia.
— Dunia diciptakan oleh Tuhan YME hakikatnya sudah indah. Sementara itu, manusia memiliki tugas untuk memelihara keindahan tersebut dan menambah nilai keindahan ke dunia, misalnya dengan berbuat kebajikan, berkesenian, atau mengembangkan ilmu pengetahuan.


꧋ꦩꦶꦏꦸꦭ꧀ꦝꦸꦮꦸꦂ꧈​​ꦩꦼꦤ꧀ꦝꦼꦩ꧀ꦗꦼꦫꦺꦴ꧉​

Mikul dhuwur, mendhem jero.
Memikul tinggi, memendam dalam.
— Menjunjung tinggi kebaikan orang tua dan merahasiakan keburukan atau aibnya. Peribahasa ini juga bisa digunakan tidak sebatas untuk lingkungan keluarga.


꧋ꦤꦧꦺꦴꦏ꧀ꦚꦶꦭꦶꦃ​ꦠꦔꦤ꧀꧉​

Nabok nyilih tangan.
Memukul meminjam tangan.
— Melakukan suatu keburukan dengan memanfaatkan orang lain untuk melakukan keburukan tersebut.


꧋ꦔꦢꦶ​ꦱꦭꦶꦫ꧈​​ꦔꦢꦶ​ꦧꦸꦱꦤ꧉​

Ngadi salira, ngadi busana.
Memperindah diri, memperindah pakaian.
— Meningkatkan mutu diri atau kepribadian seseorang hendaknya dibarengi pula dengan memperindah bagian luar seperti pakaian, penampilan, dsj.


꧋ꦔꦭꦃ꧈​​ꦔꦭꦶꦃ꧈​​ꦔꦩꦸꦏ꧀꧉​

Ngalah, ngalih, ngamuk.
Mengalah, menyingkir, mengamuk.
— Jika mendapatkan masalah dengan orang lain, seperti diganggu atau semacamnya, seseorang hendaknya mengalah terlebih dahulu, kemudian pergi menghindari orang tersebut, bila masih tetap diganggu maka barulah dihadapi secara fisik.


꧋ꦔꦺꦭ꧀ꦩꦸ​ꦲꦶꦏꦸ​ꦏꦼꦭꦏꦺꦴꦤ꧀ꦤꦺ​ꦏꦤ꧀ꦛꦶ​ꦭꦏꦸ꧉​

Ngèlmu iku kelakoné kanthi laku.
Mencari ilmu itu terwujud dengan tindakan.
— Proses belajar akan sempurna jika sudah diterapkan atau berwujud dalam tindakan.


꧋ꦔ꧀ꦭꦸꦫꦸꦒ꧀ꦠꦤ꧀ꦥ​ꦧꦭ꧈​​ꦩꦼꦤꦁ​​ꦠꦤ꧀ꦥ​ꦔꦱꦺꦴꦫꦏ꧀ꦏꦺ꧉​

Nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasoraké.
Menyerbu tanpa pasukan, menang tanpa mengalahkan.
— Seseorang yang bijaksana bisa menang walau tanpa kekuatan besar dan kemenangan itu tidak akan membuat orang lain merasa dihormati.


꧋ꦔꦺꦴꦤꦺꦴ​ꦪ​ꦔꦺꦴꦤꦺꦴ꧈​​ꦤꦶꦁ​​ꦲꦗ​ꦔꦺꦴꦤꦺꦴ꧉​

Ngono ya ngono, ning aja ngono.
Begitu ya begitu, tetapi jangan begitu.
— Seseorang boleh saja berperilaku semaunya, tetapi jangan sampai berlebihan.


꧋ꦲꦺꦴꦧꦃ​ꦩꦩꦃ꧉​

Obah mamah.
Bergerak mengunyah.
— Seseorang yang masih hidup pasti bisa berusaha dan mendapat rezeki.


꧋ꦱꦢꦸꦩꦸꦏ꧀ꦧꦛꦸꦏ꧀꧈​​ꦱꦼꦚꦫꦶ​ꦧꦸꦩꦶ꧉​

Sadumuk bathuk, senyari bumi.
Sesentuhan kening, sejari bumi.
— Seruan untuk mempertahankan kehormatan dan apa yang dimiliki walaupun itu diganggu atau diusik sedikit saja. Hal ini bisa tentang pasangan atau kepemilikan tanah.


꧋ꦮꦼꦭꦱ꧀ꦠꦼꦩꦃꦲꦤ꧀ꦭꦭꦶꦱ꧀꧉​

Welas temahan lalis.
Belas kasihan berujung tumpas.
— Seseorang yang berbelas kasih dan memberikan pertolongan malah mendapatkan kesengsaraan.


꧋ꦮꦼꦫꦸꦃ​ꦲꦶꦁ​​ꦒꦿꦸꦧꦾꦸꦏ꧀꧈​​ꦲꦺꦴꦫ​ꦮꦼꦫꦸꦃ​ꦲꦶꦁ​​ꦉꦩ꧀ꦧꦸꦒ꧀꧉​

Weruh ing grubyuk, ora weruh ing rembug.
Tahu ikut-ikutan saja, tapi tidak tahu apa yang dibicarakan.
— Seseorang yang asal mengikuti atau melakukan sesuatu, tetapi sesungguhnya tidak memahami permasalahan atau maksud dari sesuatu tersebut.