Senin, 05 September 2022

25 Pepatah Sunda dengan Arti dan Aksara Sunda I

Peribahasa atau pepatah Sunda merupakan bagian penting dari budaya dan tradisi masyarakat Sunda di Indonesia. Peribahasa Sunda memuat kebijaksanaan dan nilai-nilai kearifan lokal yang diajarkan dari generasi ke generasi. Melalui tuturan peribahasa, masyarakat Sunda dapat menjaga dan melestarikan gagasan dalam kebudayaan mereka, serta mendapatkan pengetahuan dari pengalaman masa lalu untuk diterapkan di kehidupan sehari-hari. Mari kenali 25 pepatah atau peribahasa Sunda berikut ini.


ᮃᮓᮒ᮪ ᮊᮊᮥᮛᮥᮀ ᮊᮥ ᮄᮌ.

Adat kakurung ku iga.
Perilaku terkurung oleh tulang rusuk.
— Kebiasaan seseorang sulit dihilangkan karena sudah menjadi bagian dari dirinya.


ᮃᮌᮥᮜ᮪ ᮊᮥ ᮕᮚᮥᮀ ᮘᮥᮒᮥᮒ᮪.

Agul ku payung butut.
Membanggakan payung jelek.
— Perilaku menyombongkan diri padahal kehidupannya serba kekurangan.


ᮃᮝᮤ ᮞᮓᮕᮥᮛᮔ᮪ ᮒᮛ ᮜᮨᮙ᮪ᮕᮨᮀ ᮊᮘᮦᮂ.

Awi sadapuran tara lempeng kabéh.
Bambu-bambu yang serumpun tidak semuanya lurus.
— Walaupun sekeluarga, tiap anggotanya tidak akan memiliki harta dan penghidupan yang sama.


ᮃᮞ ᮊᮛᮌ᮪ ᮛᮌᮔ᮪ᮘᮦᮔ᮪ᮒᮀ ᮒᮤ ᮜᮍᮤᮒ᮪.

Asa karagragan béntang ti langit.
Seperti kejatuhan bintang dari langit.
— Merasa sangat bahagia karena mendapatkan suatu yang luar biasa.


ᮘᮔ᮪ᮓ ᮞᮞᮙ᮪ᮕᮤᮛᮔ᮪ ᮑᮝ ᮌᮌᮓᮥᮠᮔ᮪.

Banda sasampiran nyawa gagaduhan.
Harta benda sampiran, nyawa kepunyaan.
— Baik harta benda maupun nyawa adalah dalam kuasa Tuhan YME.


ᮘᮨᮔ᮪ᮒᮤᮊ᮪ ᮎᮥᮛᮥᮊ᮪ ᮘᮜᮞ᮪ ᮔᮥᮔ᮪ᮏᮥᮊ᮪.

Bentik curuk balas nunjuk.
Lentik telunjuk balas menunjuk.
— Seseorang yang suka memerintah, tetapi sebenarnya tidak bisa mengerjakan sendiri atau tidak ingin turut mengerjakan.


ᮎᮤᮊᮛᮎᮊ᮪ ᮔᮤᮀᮌᮀ ᮘᮒᮥ ᮜᮅᮔ᮪-ᮜᮅᮔ᮪ ᮏᮓᮤ ᮜᮨᮌᮧᮊ᮪.

Cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok.
Air menetes menghantam batu perlahan-lahan menjadi cekung juga.
— Usaha kecil yang dilakukan secara terus-menerus perlahan-lahan pasti akan membuahkan hasil.


ᮎᮥᮜ᮪ ᮓᮧᮌ᮪ᮓᮧᮌ᮪ ᮒᮤᮀᮌᮜ᮪ ᮄᮌᮨᮜ᮪.

Cul dogdog tinggal igel.
Mengabaikan genderang, tersisa tarian.
— Seseorang yang meninggalkan pekerjaan wajib untuk suatu yang remeh-temeh.


ᮓᮁᮙ ᮝᮝᮚᮍᮔ᮪ ᮘᮆ.

Darma wawayangan baé.
Hanya berperan sebagai wayang saja.
— Hidup hanya sekadar menjalankan saja, karena semua hal telah digariskan dan ditentukan oleh Tuhan YME.


ᮌᮥᮔᮥᮀ ᮒᮩ ᮘᮩᮔᮀ ᮓᮤᮜᮨᮘᮥᮁ, ᮞᮌᮛ ᮒᮩ ᮘᮩᮔᮀ ᮓᮤᮛᮥᮊ᮪ᮞᮊ᮪, ᮘᮥᮚᮥᮒ᮪ ᮒᮩ ᮘᮩᮔᮀ ᮓᮤᮛᮨᮙ᮪ᮕᮊ᮪.

Gunung teu beunang dilebur, sagara teu beunang diruksak, buyut teu beunang dirempak.
Gunung tidak boleh dihancurkan, laut tidak boleh dirusak, leluhur tidak boleh dilanggar.
— Manusia harus menjaga kelestarian alam dan adat tradisi.


ᮠᮜᮧᮓᮧ ᮞᮒᮅᮔ᮪ ᮜᮔ᮪ᮒᮤᮞ᮪ ᮊᮥ ᮠᮥᮏᮔ᮪ ᮞᮕᮧᮆ.

Halodo sataun lantis ku hujan sapoé.
Kemarau setahun dihapus hujan sehari.
— Kebaikan yang telah lama dilakukan menjadi tidak berarti karena melakukan kejahatan sekali (atau sebaliknya).


ᮠᮦᮛᮀ ᮎᮄᮔ ᮘᮩᮔᮀ ᮜᮅᮊ᮪ᮔ.

Hérang caina beunang laukna.
Bening airnya dapat ikannya.
— Keberhasilan yang didapatkan tanpa menimbulkan kerugian bagi orang lain.


ᮊ ᮎᮄ ᮏᮓᮤ ᮞᮜᮩᮝᮤ ᮊ ᮓᮛᮒ᮪ ᮏᮓᮤ ᮞᮜᮨᮘᮊ᮪.

Ka cai jadi saleuwi ka darat jadi salebak.
Ke air jadi selubuk, ke darat jadi selebak.
— Kehidupan bersama atau bermasyarakat yang rukun dan kompak.


ᮊ ᮠᮛᮩᮕ᮪ ᮍᮜ ᮞᮏᮩᮏᮩᮂ, ᮊ ᮒᮥᮊᮀ ᮍᮜ ᮞᮏᮩᮀᮊᮜ᮪.

Ka hareup ngala sajeujeuh, ka tukang ngala sajeungkal.
Ke depan mengambil setelapak kaki, ke belakang mengambil sejengkal.
— Bersikap waspada dan hati-hati dalam mengambil keputusan.


ᮊᮥᮓᮥ ᮞᮩᮘᮩᮂ ᮙᮨᮙᮨᮂ ᮓᮠᮁ, ᮊᮥᮓᮥ ᮔᮨᮕᮤ ᮙᮨᮙᮨᮂ ᮄᮔ᮪ᮓᮤᮒ᮪.

Kudu seubeuh memeh dahar, kudu nepi memeh indit.
Harus kenyang sebelum makan, harus sampai sebelum pergi.
— Seseorang harus merencanakan matang-matang ke depan terlebih dahulu sebelum melaksanakan sesuatu.


ᮜᮙᮥᮔ᮪ ᮠᮨᮔ᮪ᮒᮩ ᮍᮊᮜ᮪ ᮙᮧᮃᮜ᮪ ᮍᮊᮩᮜ᮪.

Lamun henteu ngakal moal ngakeul.
Kalau tidak berpikir tidak akan menanak nasi.
— Jika tidak mau berpikir atau bekerja, maka tidak akan mendapatkan penghidupan.


ᮜᮙᮥᮔ᮪ ᮊᮨᮚᮨᮀ ᮒᮀᮒᮥ ᮕᮛᮨᮀ.

Lamun keyeng tangtu pareng.
Kalau sungguh-sungguh pasti dapat.
— Seseorang yang bersungguh-sungguh pasti akan mencapai yang diinginkannya.


ᮙᮀᮌᮤᮂ ᮜᮥᮃᮀ ᮒᮤᮔ ᮘᮥᮛᮀ.

Manggih luang tina burang.
Menemukan pengalaman dari ranjau bambu.
— Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru dari kejadian yang tidak menyenangkan.


ᮙᮥᮔ᮪ ᮊᮤᮛᮥᮂ ᮒᮤ ᮌᮤᮛᮀ ᮊᮧᮙᮧ ᮊ ᮠᮤᮜᮤᮁᮔ.

Mun kiruh ti girang komo ka hilirna.
Jika sudah keruh sejak di hulu, maka akan lebih keruh lagi di hilir.
— Jika pemimpin buruk, maka masyarakatnya akan lebih buruk lagi.


ᮔᮨᮃᮍᮔ᮪ ᮜᮥᮃᮀ ᮒᮤᮕᮕᮓ ᮅᮛᮀ.

Neangan luang tipapada urang.
Mencari pengalaman dari orang lain.
— Mendapatkan ilmu atau pengalaman dari orang lain.


ᮔᮤᮀᮌᮜ᮪ᮊᮩᮔ᮪ ᮠᮚᮙ᮪ ᮓᮥᮓᮥᮒᮔᮩᮔ᮪.

Ninggalkeun hayam dudutaneun.
Meninggalkan ayam yang sedang dicabuti bulunya.
— Gambaran orang yang meninggalkan pekerjaan yang tanggung, pekerjaan yang hampir selesai.


ᮕᮥᮕᮥᮜᮥᮁ ᮙᮨᮙᮨᮂ ᮙᮔ᮪ᮒᮥᮔ᮪.

Pupulur memeh mantun.
Upah sebelum selesai.
— Meminta gaji sebelum mengerjakan tugas.


ᮞᮒᮧ ᮘᮥᮞᮔ ᮓᮌᮤᮀ, ᮏᮜ᮪ᮙ ᮘᮥᮞᮔ ᮆᮜ᮪ᮙᮥ.

Sato busana daging, jalma busana élmu.
Hewan pakaiannya daging, manusia pakaiannya ilmu.
— Hewan dinilai dari dagingnya (raganya), sedangkan manusia dinilai dari pengetahuan yang dimilikinya (pikirannya).


ᮞᮤᮛᮩᮙ᮪ ᮇᮌᮦ ᮓᮤᮒᮤᮔ᮪ᮎᮊ᮪-ᮒᮤᮔ᮪ᮎᮊ᮪ ᮒᮩᮄᮀ ᮙᮂ ᮒᮀᮒᮥ ᮍᮦᮌᮦᮜ᮪.

Sireum ogé ditincak-tincak teuing mah tangtu ngégél.
Semut juga jika diinjak-injak pasti akan menggigit.
— Orang kecil atau minoritas yang dideskriminasi meskipun lemah pasti akan melawan juga.


ᮒᮩ ᮅᮀᮌᮥᮒ᮪ ᮊᮜᮤᮔ᮪ᮓᮥᮃᮔ᮪, ᮒᮩ ᮌᮨᮓᮌ᮪ ᮊᮃᮍᮤᮔᮔ᮪.

Teu unggut kalinduan, teu gedag kaanginan.
Tak goyah oleh gempa, tak bergerak oleh angin.
— Keyakinan dan keteguhan hati yang mantap, tidak dapat dipengaruhi siapa pun.

Rabu, 17 Agustus 2022

25 Pepatah Jawa dengan Arti dan Aksara Jawa IV

Pepatah atau peribahasa Jawa mencerminkan kearifan lokal budaya Jawa yang kaya. Pepatah-pepatah ini mencakup nilai-nilai kesusilaan, kebijaksanaan, dan nasihat yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pepatah Jawa sering kali mengajak pendengar atau pembaca untuk merenungkan tindakan, sikap, atau keputusan mereka. Mari kenali 25 pepatah atau peribahasa Jawa berikut ini.


꧋ꦲꦭ​ꦧꦼꦭꦺꦴ​ꦧꦼꦕꦶꦏ꧀ꦗꦫꦤ꧀꧉​

Ala belo becik jaran.
Jelek anak kuda bagus kuda dewasanya.
— Seseorang yang masih anak-anak terlihat jelek ketika dewasa mungkin saja akan terlihat rupawan. Banyak orang yang mulai terlihat cantik/tampan ketika sudah melewati masa puber.


꧋ꦲꦭꦶꦁ​​ꦲꦭꦶꦁ​​ꦒꦺꦴꦝꦺꦴꦁ​​ꦮꦫꦶꦔꦶꦤ꧀꧉​

Aling-aling godhong waringin.
Bersembunyi di balik daun beringin.
— Seseorang yang berdalih atau menutupi sesuatu tetapi menggunakan alasan-alasan yang tidak meyakinkan atau tidak masuk akal.


꧋ꦲꦤ​ꦱꦺꦛꦶꦛꦶꦏ꧀ꦢꦶꦢꦸꦩ꧀ꦱꦼꦛꦶꦛꦶꦏ꧀​ꦲꦤ​ꦲꦏꦺꦃ​ꦢꦶꦢꦸꦩ꧀ꦲꦏꦺꦃ꧉​

Ana sethithik didum sethithik, ana akèh didum akèh.
Ada sedikit dibagikan sedikit, ada banyak dibagikan banyak.
— Penggambaran kepemimpinan yang adil dan jujur dengan membagikan hasil sesuai dengan banyaknya hal yang didapatkan (tidak melakukan korupsi atau semacamnya).


꧋ꦕꦼꦧ꧀ꦭꦺꦴꦏ꧀ꦲꦭꦸ꧉​

Ceblok alu.
Jatuh alu.
— Bekerja sama untuk suatu tujuan dengan cara berganti-gantian dalam bekerja.


꧋ꦢꦒꦁ​​ꦠꦸꦤ​ꦲꦤ꧀ꦢꦸꦩ꧀ꦧꦛꦶ꧉​

Dagang tuna andum bathi.
Berdagang rugi, membagikan laba.
— Seseorang yang tidak mementingkan keuntungan, melainkan mementingkan beramal dan berderma kepada orang banyak.


꧋ꦢꦺꦴꦚ​ꦲꦺꦴꦫ​ꦩꦸꦁ​​ꦱꦒꦺꦴꦝꦺꦴꦁ​​ꦏꦺꦭꦺꦴꦂ꧉​

Donya ora mung sagodhong kélor.
Dunia tidak hanya seluas daun kelor.
— Dunia itu tidaklah sempit. Jangan berputus asa karena dunia memiliki banyak pilihan, banyak kesempatan, dan banyak harapan.


꧋ꦢꦸꦒꦁ​​ꦢꦼꦩꦁ​꧈​​ꦲꦺꦱꦼꦩ꧀ꦩꦤ꧀ꦠꦿꦶ꧈​​ꦱꦼꦩꦸ​ꦧꦸꦥꦠꦶ꧉​

Dugang demang, èsem mantri, semu bupati.
Tendangan demang, senyuman mantri, raut wajah bupati.
— Semakin tinggi pangkat atau kedudukan seseorang, maka cara berkomunikasinya semakin terhormat dan semakin halus.


꧋ꦒꦒꦃꦏꦗꦶꦧꦃ​ꦩꦶꦁ​ꦏꦸꦃ​ꦏꦠꦼꦩ꧀ꦥꦸꦃ꧉​

꧋ꦱꦒꦃꦏꦗꦶꦧꦃ​ꦩꦶꦁ​ꦏꦸꦃ​ꦏꦠꦼꦩ꧀ꦥꦸꦃ꧉​

Gagah/sagah kajibah mingkuh katempuh.
Karena kuat/menyanggupi terkena kewajiban, karena menghindar terkena tanggung jawab.
— Seseorang yang awalnya sudah menyanggupi mampu mengerjakan suatu pekerjaan harus menyelesaikan pekerjaan tersebut sampai tuntas.


꧋ꦒꦗꦃ​ꦥꦼꦫꦁ​​ꦏꦫꦺꦴ​ꦒꦗꦃ꧈​​ꦏꦚ꧀ꦕꦶꦭ꧀ꦩꦠꦶ​ꦲꦶꦁ​​ꦠꦼꦔꦃ꧉​

Gajah perang karo gajah, kancil mati ing tengah.
Gajah berperang dengan gajah, kancil mati di tengah.
— Ketika orang besar berseteru dengan orang besar lainnya untuk memperebutkan kekuasaan, pengaruh, atau wilayah, maka yang akan tertimpa musibah adalah rakyat kecil yang sebenarnya tidak punya urusan dengan perseteruan tersebut.


꧋ꦒꦶꦫꦶ​ꦭꦸꦱꦶ​ꦗꦤ꧀ꦩ​ꦠꦤ꧀ꦏꦼꦤ​ꦲꦶꦔꦶꦤ꧀ꦤ꧉​

Giri lusi janma tan kena ingina.
Gunung, cacing, dan manusia tidak boleh dihina.
— Jangan menghina siapapun, baik yang terlihat seperti orang besar maupun yang terlihat seperti orang kecil.


꧋ꦒꦸꦪꦺꦴꦤ꧀ꦥꦫꦶꦏꦼꦤ꧉​

Guyon parikena.
Candaan tetapi mengena.
— Candaan yang sebenarnya mengisyaratkan sindiran atau petuah yang bermanfaat.


꧋ꦏꦭꦃ​ꦕꦕꦏ꧀ꦩꦼꦤꦁ​​ꦕꦕꦏ꧀꧉​

Kalah cacak menang cacak.
Kalah dicoba menang dicoba.
— Setiap pekerjaan sebaiknya dicoba sebaik mungkin terlebih dahulu, tidak perlu terlalu khawatir hasil akhirnya akan menang atau kalah, untung atau rugi.


꧋ꦏꦪ​ꦱꦸꦫꦸꦃ꧈​​ꦭꦸꦩꦃ​ꦏꦸꦫꦼꦧ꧀ꦧꦺ​ꦧꦺꦢ꧈​​ꦪꦺꦤ꧀ꦒꦶꦤꦼꦒꦼꦠ꧀ꦥꦝ​ꦫꦱꦤꦺ꧉​

Kaya suruh, lumah kurebé béda, yèn gineget padha rasané.
Seperti sirih, meski sisi bawah dan atasnya berbeda (warna), jika digigit rasanya sama saja.
— Walaupun satu dan lain hal tampak berbeda, namun pada hakikatnya adalah sama. Hal ini dapat diumpamakan juga dengan suami dan istri yang memiliki pola pikir berbeda, tetapi apapun yang terjadi di rumah tangga akan sama-sama dirasakan oleh kedua belah pihak.


꧋ꦭꦸꦮꦶꦃ​ꦧꦼꦕꦶꦏ꧀ꦥꦒꦼꦂ​ꦩꦁ​ꦏꦺꦴꦏ꧀ꦠꦶꦤꦶꦩ꧀ꦧꦁ​​ꦥꦒꦼꦂ​ꦠꦺꦩ꧀ꦧꦺꦴꦏ꧀꧉​

Luwih becik pager mangkok tinimbang pager témbok.
Lebih baik pagar mangkuk daripada pagar tembok.
— Keamanan masyarakat akan terwujud dengan baik jika satu sama lain saling membantu dan bertetangga dengan rukun, bukan dengan meninggikan dan memperkokoh pagar rumah.


꧋ꦭꦸꦁ​​ꦭꦸꦔꦤ꧀ꦥꦸꦁ​ꦒꦼꦭ꧀ꦏꦶꦢꦁ​​ꦥꦲꦸꦭ꧀꧉​

Lung-lungan punggel kidang paul.
Tanaman merampat sudah putus kijangnya kembali.
— Sesuatu yang sudah berkurang biasanya akan berkurang lagi.


꧋ꦩꦠꦶ​ꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁ​​ꦲꦸꦫꦶꦥ꧀​​ꦲꦸꦫꦶꦥ꧀ꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁ​​ꦥꦠꦶ꧉​

Mati sajroning urip, urip sajroning pati.
Mati di dalam hidup, hidup di dalam mati.
— Ajaran untuk mengesampingkan keduniawian dan mengutamakan kepentingan yang bersifat rohani atau jiwa.


꧋ꦩꦺꦴꦩꦺꦴꦁ​꧈​​ꦩꦺꦴꦩꦺꦴꦂ꧈​​ꦩꦺꦴꦩꦺꦴꦠ꧀꧉​

Momong, momor, momot.
Mengasuh, bergaul, menampung.
— Tiga mutu kepemimpinan, yakni mampu mengasuh dan membimbing, mampu bergaul dengan masyarakat, dan mampu menampung segala masukan, keluh kesah, dan permasalahan yang dihadapi masyarakat.


꧋ꦔꦁ​ꦱꦸ​ꦧꦚꦸ​ꦲꦶꦁ​​ꦏꦿꦚ꧀ꦗꦁ​꧉​

Ngangsu banyu ing kranjang.
Mengambil air menggunakan keranjang.
— Seseorang yang belajar tetapi ilmunya tidak dipraktikkan.


꧋ꦤꦿꦶꦩꦲꦶꦁꦥꦤ꧀ꦢꦸꦩ꧀꧉​

Nrima ing pandum.
Menerima yang dibagikan.
— Menerima dengan lapang dada segala hal yang baik atau buruk, dalam ukuran yang banyak maupun sedikit, karena semua telah digariskan oleh Tuhan YME.


꧋ꦥꦸꦚ꧀ꦗꦸꦭ꧀ꦲꦶꦁ​​ꦲꦥꦥꦏ꧀​ꦩꦿꦺꦴꦗꦺꦴꦭ꧀ꦲꦶꦁ​​ꦲꦏꦼꦉꦥ꧀꧉​

Punjul ing apapak, mrojol ing akerep.
Menonjol di antara yang umum, keluar di antara yang sering.
— Seseorang yang luar biasa di antara kawanannya yang biasa saja.


꧋ꦠꦸꦤ​ꦱꦠꦏ꧀ꦧꦛꦶ​ꦱꦤꦏ꧀꧉​

Tuna satak bathi sanak.
Kehilangan uang mendapatkan saudara.
— Walaupun keuntungan berkurang, tetapi mendapatkan saudara, kenalan, atau relasi. Misalnya mengeluarkan uang untuk menjamu seseorang kemudian orang tersebut menjadi relasi bisnis.


꧋ꦏꦼꦩꦿꦶꦱꦶꦏ꧀ꦠꦤ꧀ꦥꦏꦔꦶꦤ꧀ꦤꦤ꧀꧉

Kemrisik tanpa kanginan.
Gemerisik padahal tidak terkena angin.
— Seseorang yang selalu menonjolkan kebaikan diri, karena khawatir orang akan membicarakan keburukannya.


꧋ꦱꦼꦥꦶ​ꦲꦶꦁ​​ꦥꦩꦿꦶꦃ​ꦫꦩꦺ​ꦲꦶꦁ​​ꦒꦮꦺ꧉​

Sepi ing pamrih ramé ing gawé.
Sepi di pamrih ramai di kerja.
— Bekerja memberikan yang terbaik tanpa memikirkan imbalannya.


꧋ꦠꦺꦒ​ꦭꦫꦤꦺ꧈​​ꦲꦺꦴꦫ​ꦠꦺꦒ​ꦥꦠꦶꦤꦺ꧉​

Téga larané, ora téga patiné.
Tega sakitnya, tetapi tidak tega matinya.
— Dalam sebuah perseteruan, seseorang mungkin menginginkan lawannya merasakan keburukan atau kekalahan, tetapi sebenarnya tidak ingin lawannya tumpas atau benar-benar menderita karena masih memiliki rasa belas kasih dan persaudaraan.


꧋ꦮꦶꦠ꧀ꦠꦺ​ꦲꦝꦏꦃ​ꦮꦺꦴꦃꦲꦺ​ꦲꦝꦶꦏꦶꦃ꧈​​ꦮꦶꦠ꧀ꦠꦺ​ꦲꦝꦶꦏꦶꦃ​ꦮꦺꦴꦃꦲꦺ​ꦲꦝꦏꦃ꧉​

Wité adhakah wohé adhikih, wité adhikih wohé adhakah.
Pohonnya besar buahnya kecil, pohonnya kecil buahnya besar.
— Seseorang tidak dapat dinilai dari apa yang terlihat saja. Mungkin saja seseorang yang terlihat dari luar memiliki sesuatu yang sedikit sebenarnya memiliki sesuatu yang banyak.

Selasa, 14 Juni 2022

25 Pepatah Jawa dengan Arti dan Aksara Jawa III

Peribahasa atau pepatah biasanya berupa kalimat pendek yang mengandung maksud tertentu dan telah lama digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat. Dalam kebudayaan Jawa, pepatah biasanya mengandung nasihat atau pelajaran yang berharga, serta menggambarkan pengalaman hidup dan kebijaksanaan yang telah diwariskan dari waktu ke waktu. Peribahasa atau pepatah adalah bagian penting dari budaya Jawa yang digunakan untuk menyampaikan pesan secara ringkas namun kuat. Berikut 25 contoh pepatah atau peribahasa Jawa disertai dengan arti dan aksara Jawa-nya.


꧋ꦲꦗ​ꦫꦸꦩꦁꦱ​ꦧꦶꦱ꧈​ꦤꦔꦶꦁ​ꦧꦶꦱ​ꦲ​ꦫꦸꦩꦁꦱ꧉

Aja rumangsa bisa, nanging bisaa rumangsa.
Jangan merasa bisa, tapi bisalah merasakan.
— Ajakan untuk selalu mawawas diri dan jangan merasa sombong.


꧋ꦲꦗꦂꦧꦶꦱꦔꦭꦃ​ꦲꦏꦺ​ꦝꦱꦂ꧉

Ajar bisa ngalahaké dhasar.
Belajar bisa mengalahkan bakat.
— Berlatih dan belajar dengan giat bisa mengungguli orang yang mengandalkan bakat.


꧋ꦕꦸꦫꦶꦒꦩꦤ꧀ꦗꦶꦁ​ꦮꦫꦁꦏ꧈ꦮꦫꦁꦏꦩꦤ꧀ꦗꦶꦁꦕꦸꦫꦶꦒ꧉

Curiga manjing warangka, warangka manjing curiga.
Keris menempati sarung, sarung menempati keris.
— Setiap orang memiliki perannya masing-masing. Dalam hal ini khususnya mengibaratkan antara pemerintah dan rakyatnya.


꧋ꦢꦶꦗꦸꦥꦸꦏ꧀ꦲꦶꦮꦏꦺ​ꦲꦗ​ꦔꦤ꧀ꦠꦶ​ꦧꦸꦛꦼꦒ꧀ꦧꦚꦸꦤꦺ꧉

Dijupuk iwaké aja nganti butheg banyuné.
Ambil ikannya jangan sampai keruh airnya.
— Ajaran untuk menyelesaikan masalah atau mencapai sesuatu tanpa menimbulkan masalah baru yang tidak diinginkan.


꧋ꦢꦸꦫꦸꦁ​ꦲꦕꦸꦤ꧀ꦝꦸꦏ꧀ꦲꦕꦤ꧀ꦝꦏ꧀꧉

Durung cundhuk acandhak.
Belum bertemu (sudah) memegang.
— Belum mengerti atau memahami suatu persoalan, tetapi sudah ikut campur atau turut berbicara.


꧋ꦲꦼꦩ꧀ꦧꦤ꧀ꦕꦶꦤ꧀ꦝꦺ​ꦲꦺꦩ꧀ꦧꦤ꧀ꦱꦶꦭꦢꦤ꧀꧉

Emban cindhé emban siladan.
Diemban (dengan) cindai, diemban (dengan) irisan bambu.
— Seseorang yang membeda-bedakan; bersikap baik ke orang yang dia senangi dan bersikap buruk kepada orang yang dia tidak suka.


꧋ꦒꦸꦩꦺꦩ꧀ꦧꦿꦁ​ꦲꦺꦴꦫ​ꦲꦢꦁ꧉

Gumembrang ora adang.
Berisik (tetapi) tidak menanak nasi.
— Seseorang yang banyak berbicara dan mendaku dirinya mampu melakukan ini-itu tetapi sebenarnya tidak bisa melakukannya atau tidak ada hasilnya.


꧋ꦗꦩꦤ꧀ꦲꦶꦏꦸꦲꦺꦴꦮꦃ​ꦒꦶꦁꦱꦶꦂ꧉

Jaman iku owah gingsir.
Jaman itu selalu berubah.
— Keadaan masa lalu tidak selalu bisa diterapkan atau diperbandingkan dengan masa kini karena setiap zaman memiliki nilai dan kebiasaannya masing-masing.


꧋ꦏꦗꦸꦒꦿꦸꦒꦔꦸꦤꦸꦁ​ꦏꦼꦩ꧀ꦧꦁ꧉

Kajugrugan gunung kembang.
Terkena jatuhan gunung bunga.
— Seseorang yang mendapatkan keuntungan atau berkah yang luar biasa.


꧋ꦏꦺꦩ꧀ꦭꦝꦺꦪꦤ꧀ꦔꦗꦏ꧀ꦱꦼꦩ꧀ꦥꦭ꧀꧉

Kemladhéan ngajak sempal.
Benalu mengakibatkan patah.
— Seseorang yang hidup menumpang atau selalu mengandalkan orang lain untuk mengerjakan kewajibannya akan mendatangkan kesusahan untuk orang yang ditumpangi.


꧋ꦏꦿꦶꦮꦶꦏ꧀ꦏꦤ꧀ꦢꦢꦶꦒꦿꦺꦴꦗꦺꦴꦒꦤ꧀꧉

Kriwikan dadi grojogan.
Aliran kecil menjadi air terjun.
— Permasalahan yang mulanya kecil menjadi permasalahan yang besar.


꧋ꦏꦼꦧꦺꦴ​ꦤꦸꦱꦸ​ꦒꦸꦢꦺꦭ꧀꧉

Kebo nusu gudèl.
Kerbau menyusu ke anaknya.
— Orang tua yang meminta bantuan atau dinafkahi oleh anaknya.


꧋ꦏꦺꦴꦝꦺꦴꦏ꧀ꦱꦗꦿꦺꦴꦤꦶꦁ​​ꦧꦛꦺꦴꦏ꧀꧉

Kodhok sajroning bathok.
Katak di dalam tempurung kelapa.
— Seseorang yang sangat berpikiran sempit dan tidak mau menerima pemikiran atau wawasan yang lebih luas.


꧋ꦊꦒꦺꦴꦤ꧀ꦭꦼꦩꦂ​ꦭꦸꦥꦸꦠ꧀ꦏꦠꦶꦮꦂ꧉​

Legon lemar luput katiwar.
Tunas kelor (untuk) perlengkapan upacara tidak terlantar.
— Seseorang yang mempunyai keterampilan atau nilai manfaat tidak mungkin terlantar hidupnya, pasti akan dicari orang dan mendapatkan pekerjaan.


꧋ꦩꦚ꧀ꦕꦭꦥꦸꦠꦿꦩꦚ꧀ꦕꦭ꧉

Mancala putra, mancala putri.
Berubah penampilan menjadi laki-laki, berubah penampilan menjadi perempuan.
— Mampu menyesuaikan diri dengan siapa pun atau di lingkungan mana pun. Hal ini juga disebut dalam pewayangan sebagai salah satu ilmu sakti.


꧋ꦲꦔꦧꦼꦤ꧀ꦱꦶꦔꦠꦶꦁ​ꦲꦤ꧀ꦢꦏ꧉

Ngaben singating andaka.
Mengadu tanduknya banteng.
— Menghasut orang yang berpengaruh untuk berkelahi dengan sesama orang yang berpengaruh.


꧋ꦲꦁ​ꦒꦺꦴꦭꦺꦏ꧀ꦲꦶ​ꦠꦥꦏ꧀ꦲꦶꦁ​ꦏꦸꦤ꧀ꦠꦸꦭ꧀ꦔ꧀ꦭꦪꦁ꧉

Nggolèki tapaking kuntul nglayang.
Mencari jejak burung kuntul terbang.
— Melakukan hal yang tidak mungkin. Arti lainnya, mencari atau berusaha memahami sesuatu yang ada tetapi tidak terlihat (seperti Tuhan).


꧋ꦗꦗꦃ​ꦢꦺꦱ​ꦩꦶꦭꦁ​​ꦏꦺꦴꦫꦶ꧉​

Njajah désa milang kori.
Menjelajah desa/tempat menghitung pintu.
— Berkelana ke berbagai tempat untuk mengamati atau mempelajari berbagai hal sampai hal yang terkecil sekalipun.


꧋ꦲꦤꦸꦠꦸꦠ꧀ꦠꦶ​ꦭꦪꦁ​ꦔꦤ꧀ꦥꦼꦝꦺꦴꦠ꧀꧉

Nututi layangan pedhot.
Mengejar layangan putus.
— Mengejar sesuatu yang tidak sepadan dengan susah payahnya.


꧋ꦲꦺꦴꦭꦺꦃ​ꦲꦺꦠꦸꦁ​ꦔꦺ​ꦭꦸꦥꦸꦠ꧀ꦱꦸꦤ꧀ꦢꦸꦏꦺ꧉

Oleh étungé luput sunduké.
Mendapat hitungannya, meleset tusukannya.
— Sudah menyusun rencana dengan teliti, tetapi dalam pengerjaannya meleset.


꧋ꦉꦗꦼꦏꦶ​ꦲꦶꦏꦸ​ꦲꦺꦴꦫꦧꦶꦱꦢꦶꦠꦶꦫꦸ꧉

Rejeki iku ora bisa ditiru.
Rezeki itu tidak bisa ditiru.
— Orang akan mendapatkan rezeki yang berbeda-beda. Walaupun usaha orang dapat ditiru tetapi rezekinya tidak bisa ditiru.


꧋ꦫꦸꦧꦸꦃ​ꦫꦸꦧꦸꦃ​ꦒꦼꦝꦁ꧉

Rubuh-rubuh gedhang.
Roboh-roboh pisang.
— Seseorang yang beribadah hanya ikut-ikutan saja tanpa memahami maknanya.


꧋ꦱꦶꦁ​​ꦔꦶꦢꦸꦭ꧀ꦔꦶꦢꦸꦭ꧀ꦭ꧈​​ꦱꦶꦁ​​ꦔꦺꦠꦤ꧀ꦔꦺꦠꦤ꧀ꦤ꧉​

Sing ngidul ngidula, sing ngétan ngétana.
Yang mau pergi ke selatan ke selatanlah, yang mau pergi ke timur ke timurlah.
— Setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih dan menjalani pilihannya.


꧋ꦱꦸꦒꦶꦃ​ꦮꦸꦮꦸꦱ꧀ꦤꦔꦶꦁ​ꦢꦺꦤ꧀ꦱꦩ꧀ꦥꦂꦥꦏꦺꦴꦭꦶꦃ꧉

Sugih wuwus nanging dèn sampar pakolih.
Kaya di perkataan tapi yang menyapu yang memperoleh.
— Seseorang yang banyak bicara tetapi tidak bekerja sehingga tidak mendapatkan hasil.


꧋ꦲꦸꦤ꧀ꦝꦏ꧀ꦲꦶꦁ​ꦥꦮꦂꦠ꧈​ꦱꦸꦢꦤꦶꦁ​ꦏꦶꦫꦶꦩꦤ꧀꧉

Undhaking pawarta, sudaning kiriman.
Bertambahnya kabar, berkurangnya kiriman.
— Berita biasanya ditambah-tambahi informasinya, sedangkan hadiah biasanya berkurang (misalnya karena dikorupsi).