Sabtu, 24 Juni 2023

Fontasi Gratis Alternatif Times New Roman

Nama Times New Roman sangatlah kondang. Ia adalah fontasi yang banyak digunakan di beragam keperluan, khususnya percetakan buku, majalah, atau koran. Di Indonesia, karya tulis ilmiah seperti makalah, skripsi, tesis dan disertasi diwajibkan oleh banyak perguruan tinggi untuk ditulis dalam fontasi Times New Roman. Hal ini mungkin membuat sebagian orang jenuh, terutama dari segi estetis, bukan karena fontasi Times New Roman memiliki mutu teknis yang buruk, melainkan karena sudah terlampau terpaut dengan dunia akademik dengan pemakaian yang berulang-ulang.


Jika Anda memiliki keperluan menyetak buku atau poster dan ingin menggunakan fontasi sejenis Times New Roman, tetapi bukan Times New Roman, berikut beberapa alternatif fontasi gratis yang mungkin bisa Anda coba bahkan untuk keperluan komersial. 

Pilihan Klasik
Garamond
Fontasi Garamond adalah salah satu jenis huruf yang terkenal karena keindahan dan keanggunan desainnya. Namanya diambil dari perancangnya yang berkebangsaan Prancis, Claude Garamond. Fontasi ini memiliki karakteristik yang elegan dan proporsi yang khas, membuat mata pembaca nyaman berlama-lama menikmati buku.

Fontasi Garamond cocok digunakan untuk keperluan majalah, buku, dan materi cetak lainnya yang membutuhkan tampilan yang lebih formal dan tradisional. Kelebihannya terletak pada kemampuannya untuk mempertahankan kejelasan dan keterbacaan bahkan dalam ukuran yang kecil. Versi gratis dari fontasi Garamond, bernama EB Garamond, yang dirancang ulang oleh duo Georg Duffner dan Octavio Pardo dapat Anda unduh secara bebas di internet dan dapat digunakan secara komersil.

Versi gratis: EB Garamond
Keluarga fontasi: 10 ragam
Unduh di halaman Google Fonts

Baskerville
Fontasi Baskerville merupakan salah satu jenis huruf yang memiliki desain klasik dengan keterbacaan yang tinggi. Nama fontasi diambil dari nama pembuatnya, yaitu John Baskerville, seorang desainer huruf berkebangsaan Inggris abad ke-18.

Baskerville dikenal memiliki desain huruf dengan tebal tipis yang kentara. Tebal tipis yang kontras ini kemudian juga berimbas pada tampilan kait atau serif yang lebih mencolok dibandingkan fontasi-fontasi sejenis. Hal ini membuat tulisan dengan font Baskerville tampak tajam dan mudah dibaca baik dalam bentuk cetak maupun digital. Ketika digunakan pada keperluan yang sesuai, Baskerville mampu memberikan kesan yang berkelas dan mewah pada materi cetak, publikasi, atau desain visual apa pun. Salah satu versi gratis yang paling terkenal dari Baskerville dikembangkan oleh Impallari Type dengan judul Libre Baskerville.

Versi gratis: Libre Baskerville
Keluarga fontasi: 3 ragam
Unduh di halaman Google Fonts.

Caslon
Caslon adalah salah satu fontasi berkait klasik lainnya. Ia dikenal melalui slogan yang beredar luas di antara ahli cetak: “When in Doubt, Use Caslon” atau dalam bahasa Indonesia “Ketika Ragu-ragu, Gunakanlah Caslon”. Diciptakan oleh William Caslon pada abad ke-18, fontasi ini terbilang sukses karena diterapkan dalam banyak karya cetak pada masa itu. Salah satu yang paling dikenal adalah versi cetak dari Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat.

Caslon memiliki proporsi yang moderat. Hal ini membuatnya mudah dibaca dalam paparan teks yang panjang, cocok digunakan dalam penerbitan buku atau majalah. Selain itu, Caslon juga sangat cocok untuk judul atau subjudul karena memiliki detail yang cukup tajam. Penggunaan Caslon dalam desain grafis dan tipografi modern seringkali memberikan sentuhan nostalgia dan menghadirkan nuansa lampau yang terasa hangat dan ramah.

Versi gratis: Libre Caslon Text
Keluarga fontasi: 3 ragam
Unduh di halaman Google Fonts.

Pilihan Kontemporer
Alegreya
Alegreya adalah sebuah fontasi berkait yang enak dibaca dan berfungsi baik untuk beragam keperluan. Dikembangkan oleh desainer Juan Pablo del Peral pada 2011, fontasi ini memiliki keunikan dalam menggabungkan unsur-unsur konvensional dan eksperimental, sehingga menciptakan tampilan yang terkesan klasik dan modern secara bersamaan. Pendekatan yang digunakan fontasi Alegreya berbeda dengan fontasi-fontasi klasik layaknya Garamond atau Baskerville yang berkutat pada pakem dan tradisi. Fontasi Alegreya tidak bermaksud membelakangi tradisi, melainkan mengawinkannya dengan eksplorasi modern yang terkesan lebih santai dan menyenangkan. 

Salah satu ciri khas yang membuat Alegreya menonjol adalah efisiensi penggunaan ruang dalam desain dan kemampuannya untuk tetap mempertahankan kejelasan dan kelegaan huruf-hurufnya. Keluarga fontasinya yang besar juga dapat mendukung keperluan desain grafis Anda. Hal itu menjadikannya sebagai pilihan yang ideal untuk berbagai keperluan desain, mulai dari desain cetak seperti buku, majalah, dan brosur, hingga desain digital seperti situs web dan tampilan antarmuka. Alegreya juga memiliki ketinggian huruf yang cukup besar sehingga akan mudah dan enak dibaca pada layar komputer maupun perangkat seluler. Tampilannya yang unik akan membumbui karya desain Anda dan menjadikannya berbeda dengan yang lain.

Keluarga fontasi: 12 ragam
Unduh di halaman Google Fonts.

Roboto Serif
Roboto Serif adalah salah satu fontasi yang populer dan banyak digunakan dalam desain grafis dan tata letak modern. Font ini dikembangkan oleh Greg Gazdowicz dari Commercial Type sebagai bagian dari keluarga fontasi Roboto yang lebih besar. Roboto Serif memiliki kesan yang bersih, canggih, dan profesional, membuatnya cocok untuk berbagai keperluan desain masa kini.


Ketika digunakan dalam desain web, Roboto Serif juga memiliki keunggulan dalam hal kejelasan pada tampilan layar. Font ini dioptimalkan untuk tampil dengan baik di berbagai resolusi dan perangkat, memberikan pengalaman membaca yang nyaman bagi pengguna. Gabungan mutu kejelasan, gaya modern, dan fleksibilitas membuatnya cocok untuk berbagai keperluan desain Anda.

Keluarga fontasi: 12 ragam
Unduh di halaman Google Fonts.

Gupter
Gupter adalah sebuah fontasi rancangan Octavio Pardo yang menarik perhatian dengan desainnya yang unik dan modern. Fitur utama dari Gupter adalah inspirasi langsung dari Times New Roman, namun dibangun dalam proporsi yang ramping, sehingga bisa memuat lebih banyak teks untuk suatu ruang yang sama. Walaupun demikian, hal ini mungkin hanya cocok untuk keperluan tulisan yang lebih besar, seperti judul atau subjudul. Ketika diterapkan untuk keperluan teks yang panjang seperti paparan buku, mata pembaca mungkin akan lelah sebab harus bekerja lebih keras mengidentifikasi setiap hurufnya

Keluarga fontasi: 3 ragam
Unduh di halaman Google Fonts.

Merriweather
Jika Anda mencari sebuah fontasi yang memadukan keanggunan klasik dan kejelasan modern, Merriweather mungkin adalah jawabannya. Dirancang oleh Eben Sorkin, fontasi ini memancarkan pesona yang elegan dan memberikan kesan yang hangat serta ramah bagi para pembacanya. 

Merriweather adalah fontasi serbaguna yang cocok digunakan dalam berbagai konteks. Dalam pengaturan cetak, ia memberikan pesona klasik yang cocok untuk majalah, buku, dan materi promosi. Di dunia digital, Merriweather menawarkan kemudahan pembacaan pada layar dengan jelas dan tegas. Memiliki citra yang serba-bisa, fontasi ini dapat digunakan dalam judul, teks utama, atau bahkan bisa dieksplorasikan dalam ukuran raksasa dalam poster-poster tipografi. Merriweather adalah pilihan yang tepat bagi Anda yang mencari gaya fontasi yang bersahaja namun tetap anggun dan profesional.

Keluarga fontasi: 8 ragam
Unduh di halaman Google Fonts.

Gentium
Gentium dirancang oleh Victor Gaultney dari SIL International dengan menyeimbangkan kepentingan praktis dan estetis. Fontasi ini terbilang memiliki tinggi-x yang besar, sehingga mampu dibaca dengan lebih mudah dan nyaman. Rancangannya terinspirasi dari desain-desain yang humanis dengan sedikit sentuhan kaligrafis. Hal ini membuatnya tampak lembut dan akrab bagi mata yang melihatnya. 

Gentium memiliki kesan yang sederhana namun perhatian pada detail-detailnya patut diacungi jempol. Bentuk huruf yang konsisten dan mudah dikenali memastikan bahwa tulisan yang ditampilkan dengan fontasi Gentium tetap terbaca dengan jelas di berbagai ukuran dan resolusi. Dengan ciri-ciri ini, Gentium menjadi sebuah fontasi yang cocok untuk penggunaan yang luas, dari teks panjang seperti buku dan jurnal hingga pengaturan tampilan dengan ukuran kecil seperti keterangan khusus atau catatan kaki.

Keluarga fontasi: 4 ragam
Unduh di halaman Google Fonts

Catatan
Contoh-contoh tulisan dalam artikel ini menggunakan petikan-petikan Gurindam Dua Belas Raja Ali Haji.

Sabtu, 13 Mei 2023

Aksara Nusantara di Sinema Indonesia

Aksara-aksara Nusantara mulai mendapatkan panggung dalam sinema tanah air. Mulai banyak film dalam negeri menampilkan aksara-aksara Nusantara dalam adegan mereka untuk mendukung tata artistik ataupun materi desain grafis yang diedarkan untuk keperluan promosi. Film yang menampilkan aksara Nusantara umumnya terbagi dua, yakni film yang merekontruksi sejarah masa lalu, seperti biopik, dan film masa kini/film yang waktunya tidak terlalu dijelaskan tetapi memerlukan aksen aksara Nusantara sebagai penguat penokohan, konteks penceritaan, atau sekedar keputusan tata artistik.

Pembuatan film sejarah umumnya memang harus sadar bahwa keadaan lanskap bahasa-aksara pada zaman dahulu tidaklah sama dengan zaman kini dan suatu tempat tidaklah sama dengan suatu tempat yang lain. Susur waktu sederhana yang bisa dijadikan sebagai pegangan sebagaimana yang dituturkan dalam buku-buku sejarah umum mencakup:

  • Zaman Nirleka (tanpa aksara)
  • Zaman Hindu-Buddha (aksara Pallawa dan Kawi)
  • Zaman Peralihan dan Islamisasi (aksara Nusantara, Jawi-Pegon)
  • Zaman Penjajahan Belanda (aksara Latin, Jawi-Pegon, Nusantara)
  • Zaman Penjajahan Jepang (aksara Latin, Jawi-Pegon, Nusantara, Jepang)
  • Zaman Indonesia (aksara Latin, sedikit Jawi-Pegon dan Nusantara)

Sebagai contoh, film berlatar wilayah Jawa pada abad ke-19 bisa menampilkan aksara Jawa untuk bahasa Jawa, aksara Latin untuk bahasa Belanda/Melayu, dan aksara Jawi untuk Melayu, sedangkan aksara Pegon untuk bahasa Jawa bisa ditampilkan ketika menggambarkan lingkungan pesantren. Hal tersebut termasuk padu padan yang lumrah pada waktu tersebut. Di lain sisi contoh yang kurang sesuai misalnya, menampilkan aksara Sunda Baku untuk film berlatar tahun 1940-an adalah keputusan yang kurang tepat, karena aksara Sunda Baku baru disahkan pada 1990-an dan penggunaanya mulai digencarkan setelah itu. Detail-detail seperti itu harus diperhatikan ketika menyusun sebuah film sejarah. Bahkan, pada penggarapan yang lebih cermat, gaya tulisan (seperti gaya huruf pada fontasi) juga dipertimbangankan matang-matang.

Film yang menampilkan latar masa kini atau waktunya tidak dijelaskan juga dapat menampilkan aksara Nusantara. Perlu diketahui, alasan-alasan dimunculkannya aksara Nusantara pada film-film tersebut tidak selalu memerlukan basis sejarah yang kuat, mengingat dunia yang diceritakan dalam film-film ini ialah rekaan fiksi; sesederhana ingin memberi aksen pada tata artistik sudah cukup bisa menjadi alasan yang masuk akal untuk menambahkan aksara Nusantara. Alasan lainnya, aksara Nusantara biasa digunakan untuk memperkuat konteks budaya tertentu, misalkan menampilkan aksara Lontara pada latar budaya Sulawesi Selatan. Film-film horor yang mengisahkan ilmu hitam tradisional juga sering dihiasi aksara Nusantara. Dalam hal ini, penggunaan aksara Nusantara menjadi agak problematis. Hal tersebut memberikan kesan buruk terhadap penggunaan aksara Nusantara, karena aksara yang sudah terancam punah itu malah dikait-kaitkan dengan dunia perdukunan, klenik, dan setan. Sebagai contoh, pada tahun 2018, sinetron Kun Fayakun episode 47 menampilkan tulisan beraksara Bali pada tubuh seseorang sebagai rajah yang dibuat oleh iblis. Hal tersebut sangatlah tidak sensitif. Supaya yang demikian itu tidak terulang, sebaiknya aksara-aksara yang digunakan dalam hal ini ialah aksara imajinatif yang dibuat secara khusus sehingga tidak menyinggung kebudayaan tertentu.

Sang Pencerah (2010)
Film biopik tentang tokoh pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan, bertabur aksara non-Latin, khususnya aksara Pegon dan aksara Jawa. Hal ini sesuai dengan latar waktu yang kala itu memang menggunakan tiga aksara sekaligus, yakni Latin, Jawa dan Pegon. Sorotan lebih besar yang diberikan kepada aksara Pegon juga sesuai dengan film yang menceritakan santri dan lingkungan keagamaan Islam.


Kartini (2017)
Ibu kandung dari Kartini, Ngasirah, mengajarkan aksara Jawa kepada Kartini untuk menulis kata “Trinil”, nama kecil Kartini. Akan tetapi, penggunaan aksara Latin untuk membantu pembacaan aksara Jawa di sini mungkin tidak diperlukan, selain karena penulisannya jadi tumpang tindih, pembacaannya juga sudah cukup dilisankan saja.


Parakang (2017)
Film horor ini mengangkat mitos manusia jadi-jadian/siluman populer di masyarakat Sulawesi, yaitu Parakang. Film ini tergolong unik karena sejauh pengamatan, tidak ada kemunculan aksara Lontara sebagai pelengkap tata artistik film (dibubuhkan langsung pada benda tertentu), melainkan ditambahkan kemudian pada sari kata (subtitle) berbahasa Makassar dan keperluan grafis lainnya, seperti pada poster.


Yowis Ben (2018)
Film ini sebenarnya tidak memiliki adegan beraksara Jawa sama sekali (sejauh pengamatan yang dilakukan). Akan tetapi, film ini perlu dan layak untuk disebutkan karena memiliki sejumlah video musik di Youtube yang disertai dengan aksara Jawa. Musik-musik tersebut dipublikasikan pada tahun 2019, menyambut peluncuran Yowis Ben 2.



DreadOut (2019)
Film horor fantasi ini menampilkan aksara Sunda. Tulisan misterius beraksara Sunda tergambar pada permukaan lantai, mengelilingi suatu gambar ular memakan ekornya sendiri (ouroboros) yang menyimpul membentuk trikuetra. Selain itu, naskah-naskah kuno beraksara Sunda juga dapat ditemukan pada film ini.



Gundala (2019)
Salah satu tokoh antagonis, Ghani, masuk ke sebuah ruangan, pada lantainya tergambar aksara Jawa cukup besar. Tak hanya itu, di salah satu dindingnya juga terukir aksara Jawa. Di dinding tersebut, Ki Wilawuk kemudian bangkit dari kematiannya. Sayangnya, aksara Jawa modern yang ditampilkan dalam film ini disebut “Aksara Jawa Kuno”. Padahal aksara Jawa modern dan aksara Jawa Kuno memiliki perbedaan yang cukup besar, sehingga pembaca aksara Jawa tidak mampu membaca aksara Jawa Kuno tanpa mempelajarinya dengan seksama.



Perempuan Tanah Jahanam (2019)
Aksara Jawa muncul dalam film Perempuan Tanah Jahanam dalam wujud jimat berupa gulungan kertas kecil yang dimasukkan ke dalam sayatan paha. Adegan ini muncul di bagian awal dan akhir film, dan menjadi salah satu unsur penting yang membangun cerita. 

Losmen Bu Broto (2021)
Aksara Jawa digunakan pada plakat Losmen Bu Broto sepanjang film. Meskipun berukuran kecil, tetapi aksara Jawa yang digunakan ditulis dengan cukup benar. Orang yang tidak terbiasa dengan aturan aksara Jawa mungkin akan menggunakan taling tarung pada bagian “Broto”-nya. Plakat beraksara Jawa ini juga digunakan untuk keperluan publikasi, seperti poster film dan materi promosi digital.

Lara Ati (2022)
Film drama komedi ini menampilkan aksara Jawa ketika adegan tokoh utama menyanyikan sebuah lagu. Aksara Jawa ditampilkan sebagai sari kata dari lirik lagu berbahasa Jawa. Penyajian tipografinya memperlihatkan gerak yang luwes sehingga presentasi aksara Jawanya tampak lebih menarik.



Gatotkaca (2022)
Film adiwira Gatotkaca menampilkan aksara Jawa Kuno atau aksara Kawi yang terukir di medali Brajamusti. Medali ini mampu membuat Gatotkaca menjadi manusia super dengan berbagai kekuatan. Walaupun demikian, tidak disebutkan aksara tersebut sebagai aksara Kawi atau aksara Jawa Kuno, melainkan disebut hanya sebatas "aksara Jawa" saja. Hal itu sebenarnya lebih mengarah ke model aksara masa kini yang telah memiliki rupa yang cukup berbeda dari aksara Jawa Kuno alias aksara Kawi.



Sri Asih (2022)
Aksara Sunda muncul pada salah satu adegan ketika Kala dan Sri Asih mengumpulkan petunjuk. Rentetan angka-angka Sunda ini entah bagaimana bisa menunjukkan sebuah lokasi. Sayangnya, lambang-lambang angka dalam aksara Sunda ini secara keliru disebut sebagai “Aksara Jawa Kuno” dalam film ini, padahal keduanya merupakan aksara yang berlainan.


Kembang Api (2023)
Kata “Urip iku Urup” dalam aksara Latin dan aksara Jawa ditampilkan menghias sebuah bola kembang api yang akan diledakkan. Meski ditulis dengan benar, tetapi mungkin lebih baik jika setiap baris ditulis selesai, maksudnya, kata ‘urip’ di baris pertama diberi pangkon, sehingga kata ‘urip’ tidak salah dibaca ‘uripa’.

Mantra Surugana (2023)
Film bergenre horor ini mengangkat kisah mistis Sunda. Aksara Sunda dalam film ini dimanfaatkan cukup mendalam untuk membangun keaslian tradisi ilmu hitam Sunda Kuno, sehingga film ini memiliki cukup banyak kemunculan aksara Sunda. Aksara Sunda muncul dalam bentuk sebuah naskah atau kitab kuno tulisan tangan yang mampu membangkitkan iblis. Selain itu, aksara Sunda juga dibubuhkan pada materi promosi film, seperti poster, spanduk, dan kaos.

____________________________

Daftar film di atas masihlah belum lengkap. Anda bisa membantu memberi tahu film lainnya lewat kolom komentar. Semoga semakin banyak film Indonesia yang memanfaatkan aksara Nusantara dalam pengembangan rancangan sinema mereka.

Senin, 05 September 2022

25 Pepatah Sunda dengan Arti dan Aksara Sunda I

Peribahasa atau pepatah Sunda merupakan bagian penting dari budaya dan tradisi masyarakat Sunda di Indonesia. Peribahasa Sunda memuat kebijaksanaan dan nilai-nilai kearifan lokal yang diajarkan dari generasi ke generasi. Melalui tuturan peribahasa, masyarakat Sunda dapat menjaga dan melestarikan gagasan dalam kebudayaan mereka, serta mendapatkan pengetahuan dari pengalaman masa lalu untuk diterapkan di kehidupan sehari-hari. Mari kenali 25 pepatah atau peribahasa Sunda berikut ini.


ᮃᮓᮒ᮪ ᮊᮊᮥᮛᮥᮀ ᮊᮥ ᮄᮌ.

Adat kakurung ku iga.
Perilaku terkurung oleh tulang rusuk.
— Kebiasaan seseorang sulit dihilangkan karena sudah menjadi bagian dari dirinya.


ᮃᮌᮥᮜ᮪ ᮊᮥ ᮕᮚᮥᮀ ᮘᮥᮒᮥᮒ᮪.

Agul ku payung butut.
Membanggakan payung jelek.
— Perilaku menyombongkan diri padahal kehidupannya serba kekurangan.


ᮃᮝᮤ ᮞᮓᮕᮥᮛᮔ᮪ ᮒᮛ ᮜᮨᮙ᮪ᮕᮨᮀ ᮊᮘᮦᮂ.

Awi sadapuran tara lempeng kabéh.
Bambu-bambu yang serumpun tidak semuanya lurus.
— Walaupun sekeluarga, tiap anggotanya tidak akan memiliki harta dan penghidupan yang sama.


ᮃᮞ ᮊᮛᮌ᮪ ᮛᮌᮔ᮪ᮘᮦᮔ᮪ᮒᮀ ᮒᮤ ᮜᮍᮤᮒ᮪.

Asa karagragan béntang ti langit.
Seperti kejatuhan bintang dari langit.
— Merasa sangat bahagia karena mendapatkan suatu yang luar biasa.


ᮘᮔ᮪ᮓ ᮞᮞᮙ᮪ᮕᮤᮛᮔ᮪ ᮑᮝ ᮌᮌᮓᮥᮠᮔ᮪.

Banda sasampiran nyawa gagaduhan.
Harta benda sampiran, nyawa kepunyaan.
— Baik harta benda maupun nyawa adalah dalam kuasa Tuhan YME.


ᮘᮨᮔ᮪ᮒᮤᮊ᮪ ᮎᮥᮛᮥᮊ᮪ ᮘᮜᮞ᮪ ᮔᮥᮔ᮪ᮏᮥᮊ᮪.

Bentik curuk balas nunjuk.
Lentik telunjuk balas menunjuk.
— Seseorang yang suka memerintah, tetapi sebenarnya tidak bisa mengerjakan sendiri atau tidak ingin turut mengerjakan.


ᮎᮤᮊᮛᮎᮊ᮪ ᮔᮤᮀᮌᮀ ᮘᮒᮥ ᮜᮅᮔ᮪-ᮜᮅᮔ᮪ ᮏᮓᮤ ᮜᮨᮌᮧᮊ᮪.

Cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok.
Air menetes menghantam batu perlahan-lahan menjadi cekung juga.
— Usaha kecil yang dilakukan secara terus-menerus perlahan-lahan pasti akan membuahkan hasil.


ᮎᮥᮜ᮪ ᮓᮧᮌ᮪ᮓᮧᮌ᮪ ᮒᮤᮀᮌᮜ᮪ ᮄᮌᮨᮜ᮪.

Cul dogdog tinggal igel.
Mengabaikan genderang, tersisa tarian.
— Seseorang yang meninggalkan pekerjaan wajib untuk suatu yang remeh-temeh.


ᮓᮁᮙ ᮝᮝᮚᮍᮔ᮪ ᮘᮆ.

Darma wawayangan baé.
Hanya berperan sebagai wayang saja.
— Hidup hanya sekadar menjalankan saja, karena semua hal telah digariskan dan ditentukan oleh Tuhan YME.


ᮌᮥᮔᮥᮀ ᮒᮩ ᮘᮩᮔᮀ ᮓᮤᮜᮨᮘᮥᮁ, ᮞᮌᮛ ᮒᮩ ᮘᮩᮔᮀ ᮓᮤᮛᮥᮊ᮪ᮞᮊ᮪, ᮘᮥᮚᮥᮒ᮪ ᮒᮩ ᮘᮩᮔᮀ ᮓᮤᮛᮨᮙ᮪ᮕᮊ᮪.

Gunung teu beunang dilebur, sagara teu beunang diruksak, buyut teu beunang dirempak.
Gunung tidak boleh dihancurkan, laut tidak boleh dirusak, leluhur tidak boleh dilanggar.
— Manusia harus menjaga kelestarian alam dan adat tradisi.


ᮠᮜᮧᮓᮧ ᮞᮒᮅᮔ᮪ ᮜᮔ᮪ᮒᮤᮞ᮪ ᮊᮥ ᮠᮥᮏᮔ᮪ ᮞᮕᮧᮆ.

Halodo sataun lantis ku hujan sapoé.
Kemarau setahun dihapus hujan sehari.
— Kebaikan yang telah lama dilakukan menjadi tidak berarti karena melakukan kejahatan sekali (atau sebaliknya).


ᮠᮦᮛᮀ ᮎᮄᮔ ᮘᮩᮔᮀ ᮜᮅᮊ᮪ᮔ.

Hérang caina beunang laukna.
Bening airnya dapat ikannya.
— Keberhasilan yang didapatkan tanpa menimbulkan kerugian bagi orang lain.


ᮊ ᮎᮄ ᮏᮓᮤ ᮞᮜᮩᮝᮤ ᮊ ᮓᮛᮒ᮪ ᮏᮓᮤ ᮞᮜᮨᮘᮊ᮪.

Ka cai jadi saleuwi ka darat jadi salebak.
Ke air jadi selubuk, ke darat jadi selebak.
— Kehidupan bersama atau bermasyarakat yang rukun dan kompak.


ᮊ ᮠᮛᮩᮕ᮪ ᮍᮜ ᮞᮏᮩᮏᮩᮂ, ᮊ ᮒᮥᮊᮀ ᮍᮜ ᮞᮏᮩᮀᮊᮜ᮪.

Ka hareup ngala sajeujeuh, ka tukang ngala sajeungkal.
Ke depan mengambil setelapak kaki, ke belakang mengambil sejengkal.
— Bersikap waspada dan hati-hati dalam mengambil keputusan.


ᮊᮥᮓᮥ ᮞᮩᮘᮩᮂ ᮙᮨᮙᮨᮂ ᮓᮠᮁ, ᮊᮥᮓᮥ ᮔᮨᮕᮤ ᮙᮨᮙᮨᮂ ᮄᮔ᮪ᮓᮤᮒ᮪.

Kudu seubeuh memeh dahar, kudu nepi memeh indit.
Harus kenyang sebelum makan, harus sampai sebelum pergi.
— Seseorang harus merencanakan matang-matang ke depan terlebih dahulu sebelum melaksanakan sesuatu.


ᮜᮙᮥᮔ᮪ ᮠᮨᮔ᮪ᮒᮩ ᮍᮊᮜ᮪ ᮙᮧᮃᮜ᮪ ᮍᮊᮩᮜ᮪.

Lamun henteu ngakal moal ngakeul.
Kalau tidak berpikir tidak akan menanak nasi.
— Jika tidak mau berpikir atau bekerja, maka tidak akan mendapatkan penghidupan.


ᮜᮙᮥᮔ᮪ ᮊᮨᮚᮨᮀ ᮒᮀᮒᮥ ᮕᮛᮨᮀ.

Lamun keyeng tangtu pareng.
Kalau sungguh-sungguh pasti dapat.
— Seseorang yang bersungguh-sungguh pasti akan mencapai yang diinginkannya.


ᮙᮀᮌᮤᮂ ᮜᮥᮃᮀ ᮒᮤᮔ ᮘᮥᮛᮀ.

Manggih luang tina burang.
Menemukan pengalaman dari ranjau bambu.
— Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru dari kejadian yang tidak menyenangkan.


ᮙᮥᮔ᮪ ᮊᮤᮛᮥᮂ ᮒᮤ ᮌᮤᮛᮀ ᮊᮧᮙᮧ ᮊ ᮠᮤᮜᮤᮁᮔ.

Mun kiruh ti girang komo ka hilirna.
Jika sudah keruh sejak di hulu, maka akan lebih keruh lagi di hilir.
— Jika pemimpin buruk, maka masyarakatnya akan lebih buruk lagi.


ᮔᮨᮃᮍᮔ᮪ ᮜᮥᮃᮀ ᮒᮤᮕᮕᮓ ᮅᮛᮀ.

Neangan luang tipapada urang.
Mencari pengalaman dari orang lain.
— Mendapatkan ilmu atau pengalaman dari orang lain.


ᮔᮤᮀᮌᮜ᮪ᮊᮩᮔ᮪ ᮠᮚᮙ᮪ ᮓᮥᮓᮥᮒᮔᮩᮔ᮪.

Ninggalkeun hayam dudutaneun.
Meninggalkan ayam yang sedang dicabuti bulunya.
— Gambaran orang yang meninggalkan pekerjaan yang tanggung, pekerjaan yang hampir selesai.


ᮕᮥᮕᮥᮜᮥᮁ ᮙᮨᮙᮨᮂ ᮙᮔ᮪ᮒᮥᮔ᮪.

Pupulur memeh mantun.
Upah sebelum selesai.
— Meminta gaji sebelum mengerjakan tugas.


ᮞᮒᮧ ᮘᮥᮞᮔ ᮓᮌᮤᮀ, ᮏᮜ᮪ᮙ ᮘᮥᮞᮔ ᮆᮜ᮪ᮙᮥ.

Sato busana daging, jalma busana élmu.
Hewan pakaiannya daging, manusia pakaiannya ilmu.
— Hewan dinilai dari dagingnya (raganya), sedangkan manusia dinilai dari pengetahuan yang dimilikinya (pikirannya).


ᮞᮤᮛᮩᮙ᮪ ᮇᮌᮦ ᮓᮤᮒᮤᮔ᮪ᮎᮊ᮪-ᮒᮤᮔ᮪ᮎᮊ᮪ ᮒᮩᮄᮀ ᮙᮂ ᮒᮀᮒᮥ ᮍᮦᮌᮦᮜ᮪.

Sireum ogé ditincak-tincak teuing mah tangtu ngégél.
Semut juga jika diinjak-injak pasti akan menggigit.
— Orang kecil atau minoritas yang dideskriminasi meskipun lemah pasti akan melawan juga.


ᮒᮩ ᮅᮀᮌᮥᮒ᮪ ᮊᮜᮤᮔ᮪ᮓᮥᮃᮔ᮪, ᮒᮩ ᮌᮨᮓᮌ᮪ ᮊᮃᮍᮤᮔᮔ᮪.

Teu unggut kalinduan, teu gedag kaanginan.
Tak goyah oleh gempa, tak bergerak oleh angin.
— Keyakinan dan keteguhan hati yang mantap, tidak dapat dipengaruhi siapa pun.